Rabu, 29 Juni 2011

Menapaki Megahnya Yogyakarta Lewat Candi Ambrol dan Taman sari

Menjelajah menapaki masa lalu memang menyenangkan apalagi kalau kita menyusuri kemegahan dan keindahan peninggalan jaman raja-raja dulu, hmm pastinya semua suka ngeliat dan ngebayangin hidup pada masa itu. Berawal dari penasaran sama kemegahan Kraton Ngayogyakarta, Saya mulai menyusuri beberapa peninggalannya yaitu Candi Ambrol dan Taman Sari. Keduannya mempunyai letak yang berdekatan.

Untuk sampai ke Candi Ambrol kita bisa menuju kawasan pasar burung Ngasem yang ada di belakang alun-alun. Kalau udah sampai ke pasar burung Ngasem maka bangunan Candi Ambrol udah kelihatan kok tinggal cari jalan menuju sana. Maklum di kawasan itu udah lumayan padat jadinya jalannya udah kaya labirin.

Sebelum menuju Candi Ambrol jangan bayangkan kalau kita akan menemukan bangunan dengan relief macam candi Prambanan atau Candi Borobudur. Candi Ambrol merupakan bangunan bekas salah satu bagian istana yang menurut Saya sih nggak kuno-kuno amat, cuma bangunan ini tinggal puing-puingnnya aja nggak tau kenapa dan kapan runtuhnya hingga disebut Candi Ambrol.

Dibeberapa bagian Candi Ambrol yang dulunya memiliki atap,
sekarang uda jadi semi terbuka lias atapnya udah pada ambrol. Nah ini kerennya karna kita bisa langsung ngeliat langit udah gitu candi yang (saat ini) terdiri dari dua lantai ini mempunyai ruangan yang umm cukup besar dan cukup mengingatkan kita pada lahan permainan counter srike.

Dilantai dua yang langsung out door ini kita ngeliat kota Yogyakarta dari ketinggian soalnya saya belum ngeliat bangunan yang lebih tinggi dari tempat ini. Yang paling penting dari bagian ini adalah lahan yang cukup keren untuk bikin sesi foto dadakan.

Puas jalan-jalan di reruntuhan bangunan yang katanya buat sekretaris raja itu, jalan-jalan kita kali ini akan dianjutkan menuju Taman Sari. Hmm dari namanya udah cukup indah ya? Nama yang mengingatkan saya pada nama jalan di Bandung hehehe...

Untuk masuk ke Taman Sari kita akan melewati tiket box yang mengharuskan kita membayar Rp. 2.500 per orangya dan Rp.1.000 untuk izin menggunakan kamera atau photo permit.

Mungkin untuk beberapa orang ngapain juga bayar izin kamera kan nggak ada yang tau! Tapi menurut Saya sih, itu perlu loh soalnya kan biayanya nanti untuk pemeliharaan situs itu juga. Kasus ini juga sama seperti kita bayar tiket soalnya kalau kita masuk dari pintu belakang, kita bisa nggak bayar tiket kok! Tapi inget kalau bukan kita yang bantu memeiharanya siapa lagi? Jadi jangan lupa beli tiket ya.

Taman Sari adalah komplek pemandian bagi ratu, puteri dan selir-selir raja makanya begitu masuk yang akan terasa adalah hawa yang anggun dan cewek banget deh.

Air kolam yang jernih dan bersih sempet ngebuat saya timbul nafsu untuk langsung nyebur, maklum saat itu udara panas banget! Kolam yang pertama kita lihat ada dua dan berukuran cukup besar konon itu untuk mandinya selir dan putri.

Kalau sang ratu mandinya di dalem. Nggak jauh dari dua kolam tadi kita akan nemuin pintu yang akan menghubungkan ke kolam tempat sang ratu mandi. Tempatnya agak terpisah dan lebih kecil.

Ada kepercayaan buat cewek-cewek yang datang untuk cuci muka pake air kolam ini, katanya sih biar cantik dan diberkahi, seperti sang ratu. Wuih jujur, saya sempet loh nyoba dan aslinya diluar kepercayaan yang ada airnya seger banget loh.

Setelah keluar dari Taman Sari dari pintu yang satunya lagi kita akan langsung terhubung pada pemukiman penduduk. Nah disinilah saya dapet bonus attack yaitu tempat-tempat bekas jaman kerajaan dulu yang masih dipelihara meskipun di kanan-kirinya udah diapit oleh rumah warga.

Gedong madaran atau yang biasa dikenal debagai dapur adalah salah satu tempat yang masih bertahan diantara rumah penduduk. Bangunan ini cukup luas dan cukup menggambarkan kalau ini dapur.

Tempat lainnya adalah bunker yang berbentuk bulat yang sempat saya kira sebagai sumur. Oh iya untuk masuk kebangunan ini ada baiknya kita memberikan sumbangan sukarela untuk pemeliharaannnya. Kotak sumbangannya terletak persis di pintu masuk.

Bunker ini terdiri dari beberapa lantai. Ada yang menarik dari bangunan ini. Untuk sampai ke lantai atas ada empat buah tangga yang nantinya bersatu dan hanya akan ada satu tangga.
Konon katanya empat tangga bawah ini menggambarkan empat agama yang dulu ada : Hindu, Budha Islam dan Kristen sedangkan satu tangga atas menggambarkan surga atau nirwana tapi ada yang bilang juga itu adalah penggambaran Tuhan. Jadi jaman dulu aja udah sadar kalau biarpun agamanya beda tapi kita punya satu tujuan yaitu nirwana dan satu Tuhan.

Udah puas kilas balik pada jaman kerajaan kini saatnya untuk kembali ke jaman sekarang.

Biarlah semua peninggalan yang ada menjadi saksi bisu bagaimana megahnya kerajaan di Indonesia pada jaman dulu.

Nah buat kalian yang mau kesana saya saranin untuk menggunakan jasa pemandu yang akan menceritakan story dibalik tempat yang kamu kunjungin dan pastinya biar nggak nyasar hehehe.



*Saya menapaki tempat-tempat ini sekitar tahun 2009, semogo tak banyak yang berubah. Ulasan tentang tempat ini juga pernah muncul di wadah saya yang lain di kertasbaru.