Jumat, 07 Februari 2014

Serangan Pagi Tinutuan dan Nike Goreng


Warnanya yang kuning segar membuat makanan ini tampak menarik terlebih lagi dengan taburan abon roa diatasnya, wah sedap!


Buat beberapa orang tinutuan atau yang dikenal dengan bubur Manado sama sekali bukan makanan yang menarik jika dilihat dari bentuknya. Sssst buat saya orang yang bilang itu berarti belum pernah nyobain ini makanan. Huh rugi banget sih ngeliat makanan dari bentuknya aja.

Oke, saya emang nggak menyangkal kalau makanan yang satu ini bikin sebagian orang nggak selera, maklum aja warnanya yang orange menyala berpadu dengan dedaunan didalamnya plus bulir-bulir jagung bikin bentuknya agak nggak karuan. Kurang cantik lah untuk dilihat. Weits tapi ini kan makanan yah jadi bukan buat dilihat aja tapi untuk dimakan dan lidah lah yang bisa menilainya.

Kamis, 06 Februari 2014

Kopi Sore bersama PIsang Goroho dan Kopi Kotamobagu

Masih dari Kota Manado dan masih bercerita tentang kuliner Manado 
(*dibaca dengan gaya penyiar tahun 90an)

Jalan-jalan di kota Manado memang harus dengan perut yang selalu kosong atau yah setengah kosong lah, entah berapa banyak jajaran makanan dan minuman yang menjadi khas kota ini. Kali ini saya mencoba kudapan Pisang Goroho ditemani Kopi Kotamobagu sambil menikmati sore dan berbincang santai bersama kawan.
+ cha mau pisang goroho nggak?
-  pisang diapain Oom?
+ hmmm apa yak, yah pisang digoreng nanti makannya pakai sambal
-  mauuuuuuuuuu
Awalnya saya kira pisang goroho ini adalah pisang goreng yang biasa saya jumpai di abang-abang tukang gorengan di Jakarta terus dicocol di sambel. Kalau ini sih udah nggak aneh buat saya, soalnya disebuah kedai kopi khas Manado di Jakarta saya sering memesan kudapan ini.

Tapi.. oow.. yang keluar bukan lah pisang bersalut terigu yang digoreng melainkan keripik pisang masih hangat yang baru saja digoreng disajikan dengan sambal. Haduh mau komplain tapi nggak enak euy. Dipikir-pikir yah nggak salah juga sih soalnya dia emang bilang pisang yang digoreng hee...

Manado ooh Manado, Bumi Kawanua yang Damai

Saya : Jessi.. gimana keadaan disana
Jessi : Cuma kota sama beberapa kecamatan yang sama pusat kota mba yang berantakan
Saya : Markas kota aman? Markas Provinsi?
Jessi : Aman markas provinsi.alun-alun tikala tempat belanja souvenir,itu jadi lautan lumpur
Itu lah penggalan percakapan saya dengan seorang kawan di kota Manado. Bencana banjir dan longsor yang menimpa ibu kota Sulawesi Utara pada Januari lalu mengingatkan saya akan kunjungan pertama kali ke pulau Sulawesi dan semua baik-baik saja. Entah bagaimana keadaan kota itu sekarang, mungkin saya belum lagi bisa menyusuri jalan Sam Ratulangi dengan santai atau Jalan Piere Tendean yang ramai itu. Sekarang saya hanya bisa menerima update berita dari kawan-kawan PMI yang ada disana yang dengan sigapnya memberikan pelayanan saat Manado terkena banjir bandang.

Karena terlalu banyak berita buruk tentang kota itu setelah dilanda banjir bandang kemarin, saya justru jadi teringat betapa kota itu cukup menyenangkan. Kota besar yang sederhana dan nyaman untuk menghabiskan sore bersama kawan atau sekedar menghabiskan hari dengan berjalan kaki sambil lirik-lirik warung makan yang bertebaran. Jadi boleh yah saya cerita tentang kunjungan saya Juli 2013 lalu :)

Rabu, 05 Februari 2014

Ragey : Sate Ekstra daging dari Bumi Kawanua


Tampaknya Sate memang udah jadi makanan internasional, daging yang ditusuk-tusuk ini ada disetiap belahan dunia, coba intip Shish Kabob atau rentetan barbeque dari negara barat sana. Oh iya Sesatean ini ternyata nggak cuma daging aja sih, dari sayuran sampai buah atau bahkan kue kalau udah ditusuk dan dirangkai pasti kita bilangnya "disate".

Indonesia bisa disebut surganya sate khususnya masalah sate daging bahkan udah jadi salah satu trademark-nya kuliner Indonesia. Saking famous-nya disetiap daerah di Indonesia punya varian satenya sendiri seperti sate ayam dan kambing ala Madura atau Solo (paling sering ditemuin nih!), sate Padang, sate lilit dari Bali, Sate maranggi nya Jawa Barat, sate matang dari Aceh, sate buntel Solo. Nah emang sih sate banyaknya di bagian barat Indonesia tapi siapa bilang yang agak timur nggak punya makanan ini? Coba intip sate Makasar dan sate dari Manado yang dibilang Ragey.



Selasa, 04 Februari 2014

Liburan "Lumayan" Hemat ala Ucha (cerita Belitung Trip 2013)

Siapa bilang liburan itu selalu mahal? Saya jadi ingat liburan saya setahun lalu saat menyambangi pulau Belitung. Dengan biaya yang cukup dan lumayan hemat saya bisa menjelajah dua kabupaten dipulau penghasil timah tersebut dalam 3 hari dan tentunya mendapat pengalaman dan teman-teman baru.

Sebelumnya kenapa saya mengatakan ini liburan lumayan hemat? karena bagi sebagian orang total biaya yang saya keluarkan masih cukup tinggi maklum masih nembus angka 1 juta Rupiah (termasuk tiket pesawat) dan saya masih dikategorikan mewah lantaran saat itu tinggal di hotel. Hmmm mungkin kirasarn hemat berdasarkan nominal memang relatif yah bagi beberapa orang tapi dengan fasilitas yang saya dapat kan saya boleh berbangga dengan liburan lumayan hemat ini kok.

Liburan lumayan hemat diawali dengan tiket promo salah satu maskapai penerbangan di Indonesia. Oke berhubung si maskapainya udah dinyatakan ditutup maka saya sebut saja Batavia Air hehehehe tentunya sebelum maskapai ini ditutup. Nah berkat bisikan-bisikan digital maka saya diarahkan pada promo sekali terbang 176 ribu aja. Lumayan kan? lumayan lah meskipun sebelumnya ternyata ada yang lebih murah hehehe... Oke dari pesawat aja saya udah mengeluarkan cost 352 ribu (176 ribu x 2 untuk pergi dan pulang).