Siapa yang nggak kenal dengan Baduy? Sebuah kampung adat yang terletak di kawasan Banten atau tepatnya di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak. Baduy terbagi menjadi dua bagian yaitu Baduy dalam dan Baduy luar.
Areal kampung adat Baduy cukup luas meliputi ladang/sawah, leuit (tempat penyimpanan padi), kawasan pemukiman Baduy luar dan dalam, sungai, hutan bebas dan hutan terlarang yang hanya boleh dimasuki oleh orang tertentu. Baduy luar terdiri dari beberapa desa, namun yang cukup terkenal adalah Gazebo dan Balimbing. Sedangkan Baduy dalam terdiri dari tiga desa yaitu Cibeo, Cikertawana dan Cikeusik.
Berhubung nggak ada dan nggak boleh ada kendaraan di kawasan kampung adat ini maka kita kudu harus musti danh wajib berjalan kaki untuk menuju desa-desa tujuan kita nantinya. Perjalanan bisa dimulai dari kawasan luar Baduy yaitu Desa Ciboleger yang merupakan pintu masuk sebelum Desa Kanekes, di desa ini juga saya dan kawan-kawan menginap.
Perjalanan menuju desa-desa di kawasan kampung adat Baduy khususnya Baduy dalam memerlukan stamina yang prima dan air minum yang banyak. Maklum medan yang dilalui cukup menegangkan. Tanjakan ekstrim (yang kami sebut tanjakan cinta), tikungan tajam, melewati sungai, jembatan tradisional nan menakjubkan hingga sedikit keluar-masuk suasana hutan.
Oh iya kalau memang kamu baru pertama kali melakukan perjalanan ke daerah ini disarankan kamu memiliki pemandu soalnya di dalam hutan nggak ada papan petunjuk. Kalau kamu mau nekat tanya sama orang yang papasan di jalan, kamu juga harus hati-hati karena masyarakat Baduy punya jalan sendiri-sendiri dan nggak sama.
Setelah melewati pengalaman dan perjalanan, ada fenomena lain kalau kamu numpang tanya sama orang Baduy yaitu jangan percaya langsung kalau mereka bilang dekat atau menyebutkan sejumlah waktu. Kenapa? karena bisa-bisa waktu yang diberi harus dikali 3 (maklum warga lokal) soalnya mereka jalannya cepet banget.
Saya dan kawan-kawan memulai perjalanan dari Ciboleger menuju Cibeo, salah satu desa Baduy dalam yang pertama ditemui. Untuk mencapai desa tersebut kami memerlukan waktu sekitar 3 Jam melewati beberapa desa di Baduy luar. Sebagai desa yang lebih sering dijamah oleh "orang luar", masyarakat Desa Cibeo termasuk sudah modern dan terbuka tapi tetap memegang teguh yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan (pamali). Bersyukur kami disambut ramah oleh masyarakat disana, bahkan ada kawan saya yang sempat melakukan ibadah sholat di salah satu rumah warga (masyarakat Baduy menganut kepercayaan sunda wiwidan). Wow indahnya toleransi beragama ya!
Perjalanan pun dilanjutkan, desa kedua yang dapat ditemui adalah Desa Cikertawana dengan waktu tempuh sekitar 1 jam dari Cibeo. Sayangnya, sesampainya disana, hampir semua penduduk sedang berada di ladang dan leuit. Hanya ada beberapa orang yang tinggal termasuk kepala adat/dukun/puun dan kepala desa/jaro. Maka kami pun mengurungkan niat untuk berinteraksi dengan warga.
Desa ketiga atau yang paling ujung adalah Desa Cikeusik, ini merupakan desa yang paling disegani (atau apapun sebutannya). Sayangnya pada trip ini saya belum sempat mampir karena hari sudah mulai malam. Semoga suatu saat nanti saya bisa kesana.
Untuk mencapai desa-desa di kawasan Baduy dalam tersebut kita harus keluar masuk desa-desa di Baduy luar seperti Cipete, Cikadu dan banyak lainnya. Jadi jangan kira desa yang temasuk Baduy dalam ada di tengah dan dikelilingi oleh desa Baduy luar.
Orang-orang di kampung adat Baduy ini terkenal dengan kejujurannya termasuk jujur untuk nggak basa-basi! Jadi kalau kamu lagi ngobrol sama orang Baduy terus dia tiba-tiba ngerasa kamu nggak banget, mereka bisa aja langsung ninggalin kamu nggak pake pamit.
Weits, jangan keburu membuat sterotype tertentu karena aslinya mereka itu baik kok! Positif thinking aja, mungkin emang kaya gitu sifat mereka. Buktinya waktu kami cuma (berniat) numpang duduk di teras/bale depan salah satu rumah milik warga Baduy untuk sejenak beristirahat, tanpa basa-basi mereka mengeluarkan air minum untuk kita (gratis loh) walalupun ada juga yang begitu ngasih air langsung tutup pintu.
Walaupun kesannya mereka cuek, kita nggak boleh cuek sama mereka apalagi kalau mau numpang duduk atau istirahat bilang aja “bapa/ambu ngiring istirahat” (bapak/ibu ikut istirahat). Oh iya nggak semua masyarakat Baduy itu tertutup kok ada juga yang mau diajak ngobrol dan atau malah yang ngajak ngobrol duluan.
Menurut beberapa kawan saya yang sedang melakukan penelitian disana, masyarakat Baduy menjadi agak menutup diri dari orang asing semenjak tempat mereka dijadikan kawasan wisata (atau apapun sebutannya). (Mungkin) Mereka merasa ketradisionalannya diekpoitasi seperti hanya dijadikan tontonan dan perbandingan untuk orang kota yang berwisata kesitu.
Nah, makanya nanti kalau kamu suatu waktu beruntung untuk menyambangi kawasan kampung adat Baduy, coba posisikan diri kamu jadi bagian mereka dan nggak ngaggep remeh apa lagi membandingkannya dengan yang kamu punya. Peperti pepatah, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, kita juga harus ikut menaati dan menghormati aturan yang ada dan yang mereka pagang. Salah satu contoh paling simple adalah untuk nggak mengeluarkan benda-benda elektronik dan nggak foto-foto dikawasan Baduy dalam. Nggak susah kan? Emang sih begitu lihat spot yang keren bawaannya gatel pengen keluarin kamera, tapi coba tahan diri yah! Masih banyak spot bagus yang kita bisa temui nanti, Oke!
Selain desa yang termasuk kampung adat Baduy ada satu beberapa desa lain di luar kawasan kampung adat Baduy yang sempat mencuri perhatian saya salah satunya yaitu Desa Cicakalgirang. Desa ini terletak di tempat yang cukup tinggi sehingga (katanya) dapat melihat kawasan kampung adat Baduy.
Konon katanya Desa Cicakalgirang dibangun oleh pemerintahan Islam yang sempat menguasai daerah Banten untuk melindungi masyarakat kampung adat Baduy dari pengaruh kepercayaan Barat (Kristen) yang sempat hampir mampir ke daerah itu. Makanya nggak aneh kalau di desa itu terdapat sebuah Islamic Centre sederhana namun cukup mampu menampung kegiatan. Tempat ini dibangun agar masyarakat disekitar Baduy dapat memeluk agama islam dan setidaknya menjaga agar masyarakat kampung adat Baduy tetap memegang kepercayaannya (sunda wiwidan) walalupun tidak memeluk agama resmi.
Desa ini juga masih menghormati tata dan aturan kawasan kampung adat Baduy karena memang ada yang bilang desa ini masih termasuk kawasan kampung adat. Salah satunya adalah dengan tidak menggunakan listrik (dari pln) mereka mengolah listrik sendiri dengan penggunakan panel matahari (solarcell).
Desa lain yang cukup menarik perhatian adalah Gazebo yaitu desa yang termasuk kawasan Baduy luar yang masyarakatnya memproduksi cinderamata dan aksesori yang dapat kita jadikan oleh-oleh. Selain itu ada beberapa desa lainnya yang serupa, selain aksesori yang diolah dari kulit kayu dan rotan. Buat yang tertarik dengan kain tenun, kamu juga bisa menemukannya disini karena para perempuan Baduy juga pintar menenun loh! Jadi jangan pikir kamu nggak bisa belanja dan bawa oleh-oleh kalau kamu jalan-jalan ke kawasan kampung adat Baduy.
Buat kamu yang nggak sempet beli oleh-oleh pas nyusur Baduy tenang aja, kerajinan tangan dan oleh-oleh khas lainnya bisa kamu temuin di Ciboleger. Barang-barang yang biasa dijadiin oleh-oleh antara lain gelang, kalung, sabuk, cincin, tas tradisional (koja maupun jarog) yang terbuat dari kulit kayu dan rotan, selain itu kamu juga bisa beli kaos bertuliskan baduy, iket kepala (lomar) dan beberapa barang lainnya.
Well, kurang apa lagi coba? Menyambangi alam, berinteraksi dengan penduduk hingga belanja oleh-oleh semua bisa dilakukan! Udah gitu kita pasti dapat banyak pelajaran setelah kembali dari trip ini, terutama bagaimana bisa hidup seimbang dengan alam. Iya nggak?
Transportasi menuju BaduiDari Bandung1. Naik Bus Jurusan Bogor2. Naik Bus Jurusan RangkasBitung3. Naik Elf/L300 Jurusan Ciboleger
*Tulisan ini merupakan pindahan dari wadah sebelumnya di kertasbaru. Trip-nya sendiri saya lakukan beberapa tahun yang lalu tepatnya pertengahan tahun 2008. Terima kasih yang mendalam pada Ucok dan kawan-kawan yang sedang melakukan penelitan disana sehingga Saya dan beberapa kawan bisa mendapat sebuah perjalanan yang menarik.