Kamis, 30 Juni 2011

Dari Monas Hingga Monas


Sekali-sekali jalan-jalan ditengah kota nggak ada salahnya loh, kita jadi bisa ngeliat dan seru-seruan ditempat yang tadinya mungkin terkesan nggak banget atau biasa aja. Nah jalan-ini mampir di tengah-tengah ibu kota tepatnya jalan-jalan ke Monumen Nasional (Monas) dan Museum Nasional.

Mungkin buat sebagian jalan-jalan kedua tempat itu terasa gimana gitu, agak sedikit jadul atau malah nggak pernah masuk list jalan-jalannya karena udah pernah waktu jaman-jaman studi tour pas sekolah. Tapi setelah Saya jalan-jalan, Saya nemuin keasyikan tersendiri dibandingkan saat tour dengan sekolah atau pas masa kecil.

Pertama kita jalan-jalan ke Monas. Ada kejadian lucu pas Saya nyari pintu masuk dan ticket box buat masuk Monas. Jadi nggak tau mungkin karena gengsi nanya atau emang sisi sok tahunya lagi keluar akhirnya kami sukses ngelilingin satu bangunan Monas buat nyari tuh pintu masuk yang ternyata emang nggak ada di sisi bangunan Monas.

Ternyata pintu masuknya terletak dibawah tanah, akses turunnya ada dibalik tulisan batu Monumen nasional yang ternyata nggak jauh dari start muternya Saya.

Buat masuk Monas kita harus menyiapkan uang Rp 3000 – 7500 (tergantung pake kartu pelajar apa nggak) Tenang aja menurut Saya sih itu cukup setimpal kok dengan apa yang kita dapetin di dalem sana, apa lagi tempatnya rapi dan oke loh.

Setelah mendapatkan tiket, kita tinggal melenggang menuju bangunan Monas lewat terowongan bawah tanah yang ada dan akan muncul di pelataran bangunan Monas. Kalau udah nyampe bangunan Monasnya itu sih tinggakl pilih mau langsung menuju puncak atau mau melihat-lihat diorama-diorama dulu yang terletak di lantai bawah.

Pilihan Saya kali ini adalah mampir dulu ke ruang diorama. Ruang ini terdiri dari diorama-diorama tentang Indonesia dari masa pra sejajah sekitar tahun 1980an.

Dalam kotak-kotak kaca yang mirip akuarium ini kita bisa mendapatkan gambaran tentang peristiwa-peristiwa bersejarah dan ditambah dengan keterangan yang disajikan dengan dua bahasa yatu bahasa Indonesia dan Inggris.

Peristiwa-peristiwa yang terangkum antara lain jaman kerajaan-kerajaan, sumpah palapa oleh Gadjah mada, masuknya Belanda, sumpah pemuda, pembuatan jalan anyer-panarukan, perang melawan Belanda, masuknya Jepang, perang revolusi, agresi militer, perjanjian-perjanjian, KAA, Pemilu pertama sampai lahirnya pesawat N250.

Selain memuat lebih dari 50 diorama di ruangan ini juga terdapat foto-foto pembangunan Monas dan replika Monas. Selain itu saat saya jalan-jalan kesana diruangan itu juga ada stand milik DKI jakarta yung luasnya kira-kira 4x4m dan memuat maket/peta kota Jakarta beserta keterangan-keterangannya.

Setelah puas mengelilingi ruang diorama kitra berlanjut kenuju puncak. Buat naik ke puncak kita harus naik lift dan jangan lupa menyiapkan tiket yang udah kita beli untuk di cek soalnya kalau yang udah turun nggak boleh keatas lagi.


Di puncak Monas kita bisa melihat kota Jakarta dari berbagai sudut, karena setelah dilihat dari atas semuanya jadi kecil maka untuk mempermudah melihat-lihat disediakan teropong yang bisa digunakan dengan mengeluarkan uang Rp. 2000 perkoin per teropongnya.

Kalau kalian nggak mau pakai teropong juga bisa sih soalnya masing-masing sudut ada keterangan dan foto yang diperbesar jadi kita bisa tau disebelah mana Istana negara dan disebelah mana bangunan bersejarah dan bangunan penting lainnya.

Udah puas ngeliatin kota Jakarta dari atas Monas sekarang saatnya kita buat jalan-jalan ke Museum yang letaknya nggak jauh dari Monas tepatnya Museum Nasional atau yang dikenal dengan Museum Gajah.

Untuk masuk ke museum ini kita cuma harus bayar Rp. 750 aja, murah kan? Sayangnya di museum ini kita nggak boleh foto-foto jadi terpaksa tas dan kamera harus dititipin. buat yang mau bandel mungkin bisa aja tetap bawa kamera dengan cara di sembunyikan tapi kan ada aturan yah kalau nggak boleh ya jangan.

Saat Saya jalan-jalan kesini tujuan pertama adalah lantai dua gedung lama yang berisi koleksi senjata dan barang-barang penting yang terbuat dari emas, wah disini kita bisa ngebayangin gimana megahnya raja dan putri jaman dulu.

Turun lagi, tapi masih digedung yang sama, kita akan disambut oleh prasasti dan arca-arca yang terbuat dari batu. Yang paling eye catching menurut Saya adalah arca yang tingginya lebih dari tiga meter tapi Saya lupa itu arca siapa hehehe.

Lanjut menyusuri ruangan-ruangan yang ada, Saya memilih ruangan yang menjelaskan tentang Negara tetangga yaitu Thailand dan Negara Indocina lainnya, di ruangan ini kita bisa melihat berbagai benda dari Negara-negara tetanggak.

Kembali ke negeri sendiri terdapat pula ruangan yang berisi alat musik dari beberapa daerah di Indonesia, selain itu ada pula ruangan yang berisi gerabah dan keramik asli dari Indonesia dan yang bergaya campuran. Nggak cuma peninggaklan pada jaman kerajaan aja kok yang bisa dilihat tapi museum juga punya koleksi tentang jaman purba, seperti koleksi kapak sampai ada beberapa tulang dan gigi.

Jalan-jalan berlanjut ke gedung baru yang terletak samping gedung lama. Disini terdapat empat lantai plus satu basement. Di lantai pertama kita akan menemukan cerita mengenai manusia purba dan jaman prasejarah lengkap dengan gua-guaan dan mumi (fosil) manusia purba.

Lantai dua dan seterusnya bercerita tantang semakin majunya manusia mulai dari budaya, hinggak teknologi. Mulai dari pakaian, alat-alat hinggak miniatur rumah adat semuanya ada disini.

Sebenarnya sih menurut Saya nggak ada bedanya antara gedung lama dan gedung baru cuma bagaimana penempatannya aja ko’ soalnya emang koleksi yang ada digedung baru semua berasal dari gedung lama cuma penataannya lebih enak aja.

Nah gimana? Seru juga kan jalan-jalan didalam kota? Makanya sekali-sekali emang nggak ada salahnya trip to museum atau sekedar mengagumi bangunan-bangunan ditengah kota.