Dari Tarling Hingga World Music
Saat ini percampuran antara unsur timur dan barat sering kali muncul saat musik bambu tampil diatas panggung. Mulai bermunculan grup musik yang mengolaborasikan musik bambu dengan musik yang diusungnya seperti Pop, Jazz, Punk hingga aliran baru yang dinamakan World Music.
Aliran yang muncul dari perpaduan musik barat dan timur atau musik tradisional dan kekinian sering disebut sebagai musik kontemporer. Musik ini memiliki cita rasa etnik yang kental namun terdengar lebih dinamis.
Pencampuran jenis musik ini sebenarnya telah terjadi sejak setengah abad yang lalu. Tarling, sebuah kesenian yang berasal dari Cirebon yang namanya merupakan gabungan dari dua alat musik yanga dan didalamnya yaitu gitar dengan suling.
Tidak ada yang mengetahui kapan Tarling lahir namun seni Tarling cukup berkembang pada tahun 1950-an. Musik tarling tidak hanya terdiri dari alat gitar dan suling tapi terdapat juga sebagian peralatan gamelan seperti saron, perkusi dan gong.
Hadirnya Tarling ditengah masyarakat Sunda pesisir memberikan warna baru dalam dunia musik. Tarling sukses mengawinkan unsur barat (gitar akustik-elektrik) dengan unsur timur (suling) dan mengukuhkan dirinya sebagai bagian dari budaya masyarakat Sunda pesisir.
Kebudayaaan Indonesia banyak dipengaruhi oleh budaya asing yang masuk sejak puluhan bahkan ratusan tahun silam. Kebudayaan Arab, Cina, India, Jepang, Amerika hingga Eropa ikut membangun budaya yang ada di negeri ini termasuk dibidang musik.
“Seperti yang terjadi pada kehidupan social manusia yang senang mengombinasikan unsur asing dalam kehidupannya, musik juga dapat di kombinasikan dan bukan tak mungkin ini menjadi suatu bagian dan warna baru di masyarakat” ujar Profesor nyentrik ini.
Dalam dunia musik kini mulai bermunculan kembali “perkawinan silang” antara musik barat dan timur dengan maksud-maksud tertentu. Musik bambu sebagai bagian dari dunia musik ikut terbawa dalam fenomena ini.
Perkawinan beberapa jenis musik dengan musik bambu Sunda memunculkan nama-nama seperti Giri Karenceng, Komunitas Asal sada, Galengan, Punklung, Karinding Attack, Trah dan beberapa nama lainnya yang meramaikan pentas musik bambu di Jawa Barat.
Istilah World Music hadir mendampingi perubahan format pada beberapa musik tradisional daerah di Nusantara. World Music lebih cenderung dikenal dengan musik kontemporer yang menyajikan percampuran beberapa jenis musik yang dapat didengar masyarakat dari belahan dunia manapun.
Ragam jenis Musik bambu yang ada di tatar Sunda terdiri dari sekitar 370 jenis yang dapat beranak-pinak hingga dapat berjumlah ribuan. Jumlah yag banyak ini dapat memberikan warna terhadap musik bambu sebagai suatu kesenian di berbagai daerah.
Saat ini warna baru disuguhkan oleh beberapa kelompok musik yang bermunculan memasukan elemen bambu pada musik musik barat yang dianggap kekinian ataupun musik non-tradisi Sunda lainnya.
Kelompok Musik Punklung adalah salah satu yang namanya cukup berkibar. Mereka menggunakan medium Calung dalam membawakan lagu-lagu bergenre punk disetiap penampilannya. Lagu-lagu tentang perjuangan kaum marjinal dan kritik sosial mereka hadirkan dengan musikalitas Punk dengan unsur musik bambu yang kental.
Galengan tampil sebagai kelompok musik yang hampir seluruh elemennya terdiri dari bambu. Mereka menggunakan alat-alat musik bambu mulai dari yang dianggap sudah punah hingga yang mainstream seperti Angklung. Mereka menyatukan berbagai nada baik pentanonis Salendro maupun diatonis kromatik dalam lagu-lagu yang popular didengar masyarakat kini.
Kelompok musik lainnya adalah Trah yang menggabungkan unsur musik elektrik dengan musik tradisi Sunda. Begitu juga dengan Utun dan kawan-kawan dalam Karinding Attack yang mengolaborasikan alat musik purba tersebut dengan berbagai kelompok musik mulai dari pop hingga metal underground.
Selain yang muncul dengan mencampurkan musik barat ada juga yang mencampurkannya dengan musik tradisional dan gaya permainan dari wilayah nusantara lainnya seperti yang dilakukan oleh kelompok musik Saratus Persen yang menyatukan unsur Sunda dengan Bali.
Walalupun banyak yang mengolaborasikan dengan musik-musik luar masih ada kelompok musik yang memainkan lagu-lagu Sunda Buhun dengan alat musik bambunya. Mereka mengakali keterbatasan yang ada dengan mengaransemen ulang lagu-lagu Sunda buhun seperti yang dilakukan oleh Komunitas Asal Sada.
Berbagai jenis aliran musik dan lagu yang ditawarkan oleh kelompok-kelompok musik tersebut menjadi ciri khas masing-masing. Ada satu yang tetap mengikat mereka yaitu penggunaan unsur musik bambu tradisional yang tetap digunakannya.
(bersambung... Berubah Demi Mempertahankan)
Sumber : dari berbagai sumber (sabar ya, nanti saya kasih tau tapi kalau semua udah selesai...)
*) Tulisan ini merupakan satu dari empat yang membentuk sebuah tema besar bertajuk "Menduniakan Musik Bambu Sunda". Tulisan berjudul "Dari Sawah Menuju Panggung Gemerlap" ini saya bagi menjadi 3 Sub-bagian yaitu : (1) Bambu di Sawah, (2) Bergeser, (3) Dari Tarling hingga World Music (4) Berubah Demi Mempertahankan