Beberapa saat yang lalu saya menerima undangan untuk gathering blogger Viva atau yang dikenal dengan Vloggers, jujur Saya hampir nggak pernah ikut acara semacam itu terlebih lagi entah kapan terakhir kali saya posting di blog. Mungkin karena faktor nggak ada kerjaan plus pembicaranya Bayumurti (Yang blognya saya jadiin kitab suci makan-makan) akhirnya saya memberanikan diri untuk mendaftar.
Well tibalah saat awkward saat saya celingak-celinguk nggak ada yang di Kenal hehehe... Acara Vloggers Gathering ini diselenggarakan pada Selasa 16 Desember 2014 di Boka Buka Resto yang terletak di Pondok Indah Mall Street Gallery lantai 2. Oke untuk mengurangi ketengsinan maka stategi pertama adalah ikutan lomba twitpic, meski alakaza, yang penting poto-poto sok asik aja lah dulu.
Agak lama nunggu sih tapi satu persatu blogger akhirnya datang dan tenyata kebanyakan udah pada kenal. Hmm.. tetooot makin clingak-clinguk lah. Oke strategi berikutnya dalah sok asik dengan ngajak orang kenalan hahaha thanks God ternyata teman-teman baru saya yang kebetulan semeja ini adalah oara gegedug-gegedug di dunia per-blog-an.
Sambil dengerin penjelasan dari pihak Viva selaku si empunya acara, saya pun mulai tanya-tanya tentang dunia perblog-an. Well, ternyata bloggers nya viva banyak juga lho! Nggak aneh sih soalnya kita bisa gabung di vlog dengan platform blog apapun.
Gathering menghadirkan beberapa pembicara sekaligus, kadi sambil kumpul sambil nambah tau dan Ehem pembicara kedua kinclong cyn! Namanya Sander Van Der Veen, Meneer dari Holland *langsung bongkar ingetan holland spreken*. Ealah ternyata mas londo ini ngobrolin tentang Foodpanda secara dia adalah direktuk marketingnya. Itu lho situs yang bisa pesen-pesen makanan terus ntar delivery deh. Menarik sih tapi.. berhubung punya rumah di kawasan nanggung jadi aja cuma bisa meratapi lokasi padahal pilihan restonya banyak banget lho totalnya nyampe 700an. Buat yang ditengah kota sih recommended banget daripada bingung mau makan apa.
Abis mas londo ada 2 Mbak-mbak cantik kakak-beradik; Ratria Perwitasari Budiendra dan Sandria Kirana Budiendra yang ternyata pemilik Boka Buka yang alias Tuan Rumah. Whaaat? semuda itu? oke saatnya curi ilmu. Nah ternyata resto yang artinya Buka Mulut ini udah ada dari tahun 1999 dan berawal dari jual waffel (doang). Seiring waktu dibuka lah Boka Buka yang ada di Cipete yang menawarkan masakan fusion prancis berhubung si chefnya aseli belgia-prancis. Huaaah nggak aneh kalau escargot emang jadi menu andalannya. Oh iya untuk yang di PI Street galery ini adalah resto kedua lho.
Last dan yang saya tunggu-tunggu adalah sosok Indriyanto Banyumurti yang emang saya udah kenal blognya duluan daripada liat bentuk orangnya. Huaaah disini lebih banyak nyuri ilmu nih. Berhubung Temanya adalah Urban Living maka bahasannya nggak jauh-jauh dari sosial media yang udah mendarah daging sama kehidupan masyarakat urban. Liat slide-nya mas Banyumurti nggak beda jauh sama slide yang Saya buat beberapa waktu lalu hehe.. wearesocial.sg mah emang paling enak sih yah mas.
Ada kutipan yang saya suka dari mas Banyu Murti yaitu saat memberikn gambaran mengenai masyarakat Indonesia dan Media Sosialnya. kira-kira seperti ini lah "Sebenarnya media sosial adalah ruang publik namun banyak banyak pengguna di Indonesia yang menjadikannya seolah ruang privat mereka sehingga kadang mereka menampilkan hal-hal yang bersifat sangat pribadi". Oh iya satu lagi kutipan yang sangat saya amini adalah "Jangan percaya blog Saya karena saya cuma kenal makanan enak dan enak banget" aha!
Obrolan berlanjut setelah makan siang, kali ini kami di traktir makanan dari Boka Buka mulai dari Boka Buka Salad yang seger (saya suka karena pakai vinegar), steak dan ditutup dengan mikado ice cream yang berupa soft crepes plus ice cream. Hmm enak.
Sesi ngobrol ini ternyata lebih hot dari sesi penjelasan. Disini lah sepetan-sepetan untuk kembali ngeblog mulai menguap. Dimulai dari tante blogger handal yang ada di samping saya yang rela saya tanya-tanya masalah mempertahankan konsistensi (berkaca pada inkonsistensi yang terjadi) sampe masalah variasi blog.
Obrolan dipanggung juga nggak kalah seru, bahasan tentang bad review jadi topik yang banyak dibahas. Maklum ada secara yang ngumpul blogger dan kebanyakan suka ngereview. "Think before Posting" ini yang akhirnya jadi jalan keluar. Beber sih diera yang serba sharing macam saat ini kadang kata-kata nggak enak bisa jadi boomerang. Haduh repotnya bisa dibawa sampai meja hijau pula. Nah tips nya kalau harus banget nulis yang nggak enak adalah dengan mengaburkan si objek dengan kata-kata atau perkuat dengan fakta yang ada semacam foto gitu deh. Oke, jadi makin banyak tau.
Makan udah, ngobrol udah, dapet temen baru juga dan pulangnya dikasih hadiah pula. Meski nggak menang lomba apa-apa plus lolos doorprize ternyata saya masih bisa bawa buah tangan juga hahaha.. goodiebag imut yang isinya notebook plus voucher foodpanda. Hmmm nyuruh nyoba food panda banget nih dan notebooknya macam (sekali lagi) nyepet untuk kembali menulis dan coret-coret.
Ah satu hari yang agak absurd buat saya, satu hari yang bisa ngebangkitin lagi niatan nulis saya. Thank you orang-orang yang berhasil membakar niat saya untuk kembali menulis semoga nggak cuma karena efek gathering tapi juga bakal ada selamanya.
Kamis, 18 Desember 2014
Jumat, 12 September 2014
Sebuah catatan seorang kawan : Untuk Rully yang Kini Terlelap
Tidur lah dengan lelap dalam tenang mu, biarkan kenangan mu selalu ada bersama kami disini
"pokonya gue maunya lifebuoy!"
itu lah kalimat pertama yang saya ingat saat pertama kali bertemu pria bertubuh tambun itu. Kala itu saya "menyeburkan" diri menjadi relawan dari antah berantah saat kejadian Situ Gintung.
Sabun lifebuoy, shampo pentene dan rokok djarum super tiga hal yang saya ingat darinya.
Kesan pertama? tentu saya sebal setengah mati pada orang itu, rasanya ingin ngempesin saat itu juga. Tapi siapa sangka dari ke SKSD-an saya dan (ternyata) ramahnya orang itu saya perlahan mulai "terjebak" dilingkarannya.
Ya, pria tambun yang (awalnya) menyebalkan itu adalah kawan yang kemudian saya kenal sebagai Rully. Memang tak banyak cerita manis tentang rully dan saya karena memang kami tak banyak bersinggungan tapi yang saya tau dia adalah kawan yang baik, buktinya dia bisa menerima saya yang agak absurd ini sebagai salah satu kawannya.
Ada yang lucu diantara pertemanan kami, dan mungkin itulah salah satu yang membuat kami semakin dekat. MUSIK! tak sangka ternyata Rully yang tadinya saya kira kaku ternyata adalah seorang musisi bahkan dulunya dia menggeluti musik Ska yang juga menjadi kegemaran saya. Seingat saya dari situ juga lah banyak obrolan yang terciptakan diantara kami.
Rully yang saya kenal adalah seorang kawan yang tak banyak bicara, dia lebih memilih langsung beraksi dan mengerjakan semuanya sendiri. Dia pun tak pernah mempermasalahkan siapa saya yang tetiba masuk kedalam lingkarannya padahal saya tau dia adalah orang yang begitu peka pada organisasinya.
Oh iya, usia saya dan Rully sebenarnya terpaut sangat jauh, didalam organisasi pun dia lebih sering dipanggil "Kak" dan dia tak pernah mempermasalahkan kala saya selalu memanggilnya dengan sebutan nama, mungkin itu lah yang membuat saya merasa dia adalah kawan tanpa sekat dan embel-embel organisasi apapun.
Pernah suatu saat saya dan dia dihadapkan pada masalah yang sama ; penyelesaian studi akademis kami. Setiap bertemu kami selalu membahas masalah yang ada didepan mata kami, saling mengingatkan akan tenggat waktu, saling menyemangati bahkan kadang saling mengejek dan justru saling bersendagurau tentang urusan akademis hingga akhirnya saya membajak dan menyiksa perangkat kerjanya untuk mencetak tugas akhir saya, dan dia? tentunya lebih memilih tidur dengan pulas di ruangannya dan kadang terusik dengan langkah saya yang cukup berisik.
Ada dua gaya yang saya ingat saat tertidur ; terlentang atau tidur sambil terduduk. Posisi tidurnya yang terlentang kadang kami jadikan bercandaan sabagai "paus terdampar", maklum saja perut gendutnya mencuat begitu saja saat ia tertidur. Saat dia tertidur dengan posisi terduduk sedih rasanya karena saya tau tak ada style lain yang bisa dilakukan. eungap rasanya...
Kini, dia sudah tertidur selamanya tanpa perlu memikirkan posisi dan tanpa saya harus khawatir dengan posisi tidur terduduknya. Ya, Rully sudah tertidur meninggalkan banyak kawan yang mencintainya, meninggalkan semua kenangan yang melekat pada kawan-kawan, meninggalkan ilmu pada adik-adik didik dan tentunya meninggalkan cerita untuk saya.
Masih ada di timeline chat whatsapp saat saya menanyakan nomor ponsel Rully ke beberapa kawan karena seorang kawan wartawan membutuhkan responden yang mau bercerita tentang sulitnya mendapatkan donor/ darah. Ya, saya pun baru tau beberapa bulan lalu jika kawan saya yang satu ini ternyata harus terkapar dirumah sakit karena penyakitnya. Sel-sel kanker mampir ke tubuhnya dan kemoterapi pun sedikit demi sedikit ikut memapas tubuh gempalnya, itu lah yang sempat ia ceritakan berbulan-bulan yang lalu saat terakhir kali saya bersua dengan nya.
Tidak, saya yakin dia tidak menyerah pada kondisinya. Mungkin memang dia lelah tapi dia adalah pejuang sejati. Dia tidak kalah dari penyakit yang merongrong tubuhnya tapi justru dia memenangkan pertarungan ini, memenangkan pertarungan hidupnya dan menang meninggalkan mereka yang kini tak bisa lagi menggangu tubuhnya.
Kini, saya hanya bisa melihat kontak ponselnya tanpa sempat menghubunginya. Tanpa sempat saya menjenguknya, tanpa sempat saya memberikan semangat dan candaan baginya. Ah, kini saya hanya bisa berdoa untuknya, sama seperti yang saya lakukan untuk kesembuhannya. Bedanya, ini bukan untuk kesembuhannya tapi untuk dirinya seutuhnya. Untuk dia yang sudah terlepas dari sel-sel kanker yang menggerogotinya, untuk dia yang sudah lepas dari segala macam tekanan terapi yang harus dilaluinya, untuk dia yang kini sudah tak perlu mengonsumsi obat-obatan.. ya untuknya yang telah meninggalkan kami...
Tidur lah yang lelap, tidur lah tanpa rasa sakit, tidur lah dengan meninggalkan semua kenangan yang ada pada kami disini.. tidurlah hingga nanti kita akan bertemu lagi disuatu saat dimana kita tak saling menghiraukan.
Rumah, 12 September 2014
Sabtu, 07 Juni 2014
Untuk Dia yang Seharusnya Berulang Tahun
Hari ini kamu harusnya merayakan ulang tahun perak mu
Hari ini mungkin kamu sedang "dibantai" habis-habisan oleh teman-teman
Hari ini mungkin juga kamu sedang pusing dengan tugas akhirmu yang bingung bagaimana kamu selesaikan padahal waktu studi mu hampir habis di tahun ketujuh ini
Ah.. semua itu seandainya saja dan hanya mungkin yang ku buat saja karena kenyataannya kita tak mengalami itu, iya kamu yang seharusnya berulang tahun yang ke 25 tepat 7 Juni ini.
Malam ini teman-teman di Jatinangor menggelar ulang tahun perak mu dengan gegap gempita, sebuah acara yang mungkin saja tak akan terjadi bila kau masih ada bersama kami.
Mengenang semua karya dan idemu, mengenang semua kekacauan yang pernah kita buat bersama, mengenang semua kelakuan yang selalu membuat orang lain menggelengkan kepala
Bergetar seluruh tubuh ku saat aku melihat ucapan-ucapan yang mungkin tak kau baca (termasuk cerita ku ini), melihat riuhnya acara di Jatinangor dari foto yang dipajang kawan-kawan di media sosial mereka. Ya, mereka semua menyayangi mu walau kamu sudah tak lagi menapak bumi seperti kami.
Hari ini seharusnya kamu merayakan ulang tahun perak mu
ulang tahun yang tidak pernah kamu sendiri rayakan
ah entah, apakah kamu masih merayakannya disana?
Bagiku kamu masih ada bersama kami disini entah dimanapun kamu berada sekarang
Energi mu, keceriaan mu, ide-ide liar mu, perhatian mu, sikap spontan mu, galau mu semua masih ada bersama kami.
Sabtu, 22 Maret 2014
Surabaya Rasa Thailand di KenPark
Pagi tadi saya sudah kembali ke Surabaya, tapi kali ini tidak bersama Ibu dan tante tapi hanya berdua dean. Ibu dan kawannya itu melanjutkan perjalanan ke Solo dan dilanjutkan ke Jogja. Haduh baru 3 bulan lagi saya bisa bermanja-manja ke Ibu dan berat rasanya melepas ibu trip tanpa saya (bilang aja pengen trip dibayarin ibu).
Setelah mengantar ibu ke stasiun akhirnya kami meluncur kembali ke kota pahlawan. Cepat saja karena memang melewati jalan yang seharusnua bukan jalan muter ke Kediri seperti sebelumnya. Mobil langsung meluncur ke rumah Dean di kawasan Rungkut. Jujur, meski berulangkali saya menapakan kaki di Surabaya saya selalu buta arah.
Hari masih siang, Dean punya aktivitas lain dan saya pun mengisi hari dengan teman lain. Yeah Eksplor Surabaya! Seperti biasa Paman Harman (kawan yang selalu menjamin kehidupan saya di Surabaya sejak lama) dengan manis menjemput saya dan rencananya kami akan jalan-jalan ke beberapa tempat sekaligus tapi saya ceritanya satu-satu yah.
Destinasi pertama adalah kawasan KenPark atau Pantai Ria Kenjeran, kawasan ini mengingatkan saya pada Taman Ria Remaja yang ada di Senayan, Jakarta. Keliatan banget kalau kawasan rekreasi ini pernah berjaya di tahun 80-90an. Masih banyak wahana yang berdiri gagah, sayangnya keliatan banget kalau kawasan ini minim perawatan.
Well, posisi Budha 4 wajah ada di KenPark bagian belakang atau lebih dekat ke Pantai. Benar saja saya sempat takjub dengan bangunan setinggi 36 meter didepan saya malahan hampir lupa kalau saya ada di Surabaya. Saya sempat menggabungkan foto Budha 4 Muka ini dan Budha Tidur di Mojokerto dan ada saja kawan yang percaya kalau saya sedang di Negeri Gajah Putih hahaha...
Masuk gerbang kawasan Budha 4 Muka kita akan disambut dengan bangunan bergaya tiongkok. Bangunan ini menyediakan berbagai macam keperluan ibadah seperti hio dan lainnya. Jika berkenan jangan lupa juga isi kotak dharma denga beberapa rupiah dari dalam saku. Dibandingkan dengan daerah disekitarnya, kawasan ini bisa dibilang lumayan adem lantaran pohon-pohon besar dan tamaung Budha n dipinggirnya lengkap dengan kolam memanjang ditengah yang segaris lurus dengan Patung Budha 4 Wajah.
Patung Budha ini memiliki 4 wajah yang menghadap 4 penjuru mata angin. Katanya sih melambangkan 4 sifat baik Budha, selain punya 4 wajah. patung ini juga memiliki 8 tangan yang memegang berbagai benda dengan berbagai simbol. Denger-denger sih patung Budha berlapis emas ini menelan biaya milyaran rupiah untuk pembangunannya.
Berbeda sama patung Budha yang banyak saya temukan di arca-arca, kali ini memang sangat terasa gaya Thailand-nya. Duh saya nggak tau harus menyebutnya apa tapi yah berbeda aja sapa patung Budha yang umumnya saya temui. Benar saja, katanya sih ada patung yang serupa yang bisa kita temui di Bangkok. Oh iya patung ini juga dikelilingi 4 patung gajah putih. Selain itu ada juga patung Ganesha sang Dewa Pengetahuan di kawasan itu.
Oh iya,karena ini adalah tempat ibadah yang masih digunakan, jadi kalau bisa berpakaian sopan lah jika bertandang ke tempat ini. Sore ini saya melihat adanya beberapa umat Budha yang sembahyang mengelilingi patung ini dan membuat saya segan untuk meneruskan kegiatan saya berfoto-foto. Ah sebagai wisatawan ada baiknya sejenak rehat untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang beribadah.
Jumat, 21 Maret 2014
Hotel Riche : Penginapan nyaman, Perjalanan senang
Titik Km. 0 Kota Malang |
Masih di Kota Malang. Ibu memutuskan untuk jalan-jalan berdua tante mengitari alun-alun. Saya dan dean? hmm.. tidur saja lah.
Oh iya, bagi saya dan ibu, alun-alun Kota Malang memiliki cerita tersendiri bagi kami dan mungkin jadi salah satu kenangan kami tentang kota ini (cerita saya tentang malang).
Bingung menceritakan apa di hari ini karena agenda kami "hanya" mengantar ibu berkunjung ke rumah saudara-saudara yang ada disana, dan makan bakso bakar yang meurut saya paling enak.. di Bakso Bakar Trowulan (ini sudah saya review pun).
Hmmm.. hari ini saya memutuskan untuk review penginapan saja lah ya, mengingat saya sering kali menentukan penginapan dari review para blogger. Siapa tau ada yang membutuhkan.
Pilihan kami Jatuh pada "Hotel Riche". Setelah mempertimbangkan lokasi (maksudnya biar si Ibu bisa jalan-jalan walau saya sedang istirahat), harga kamar, kenyamanan akhirnya kami memilih hotel yang terletak persis di depan Alun-alun kota Malang ini.
Kenampakan dari depan agak samping, biar depannya tua tapi dalemnya cihuy |
Sebelum memutuskan menginap disini banyak informasi hotel ini saya dapatkan dari Booking.com, tiket.com dan banyak web lainnya. hmm... tampaknya hotel ini memang cukup terkenal. Awalnya saya sempat nggak yakin dengan foto-foto yang muncul di internet, maklum saja angle foto bisa menipu hahaa.. Takut ternyata hotelnya nggak nyaman lah, takut ternyata hotel yang gimana lah (you know what i mean lah yah), horor lah atau bingung itu foto-foto masih terpercaya apa nggak. Sorry, tapi dari beberapa foto hotel ini terlihat hotel yang tua dan kesannya sepi banget, padahal kan ditengah kota.
Lobby Hotel yang sederhana. Bersiaplah dilayani oleh para petugas yang ramah (sayang nggak sempet foto) |
Yak, ternyata segala keraguan saya langsung hilang setelah datang langsung ke hotel ini. Hotel ini tampaknya memang hotel tua tapi fasilitasnya baru lho, bahkan kamar yang saya pilih nggak kalah sama budget hotel dari jaringan-jaringan terkenal. Kamarnya sih memang nggak terlalu luas tapi fasilitasnya cukup lengkap dan nyaman lho ; Kasur Spring Bed, kamar mandi yang bersih plus air panas, TV flat, AC, dan tentunya dekorasi kamar yang oke. Selain fasilitas fisik, pertimbangan lain adalah mbak dan mas yang baik hati dan tidak sombong yang siap sedia membantu, adanya layanan sarapan pagi, kondisi hotel yang terang dan bersih juga adanya area parkir. Sedangkan Wifi sayangnya cuma kenceng di Lobby.
Oh iya Kamar yang sangat modern yang saya deskripsikan memang khusus untuk kelas Deluxe yang terletak dibagian depan. Untuk wisatawan berbudget minim, ternyata ada juga pilihan kamar yang ekonomis di hotel bagian dalam. Saya sih nggak sempat ngecek kondisinya tapi kalau dilihat dari tempatnya sih tampaknya bagian "asli" dari hotel ini. Beberapa kamar ekonomis tidak menyediakan fasilitas AC dan air panas, tapi bagi saya sih masih cukup oke dan bisa jadi pilihan kalau harus menginap lagi ke kota ini. Untuk yang bawa keluarga juga bisa memilih tempat ini karena terdapat juga pilihan kamar 3 dan 4 tempat tidur.
Tampilan kamar hotel kelas Deluxe yang minimalis membawa kesan modern
Well, setelah plus-nya kini saya kasih minusnya ya.. biar bisa jadi pertimbangan. Waktu saya kesana ada beberapa kamar yang belum selesai pembaharuannya jadi wall papernya masih ada yang belum terpasang (termasuk kamar saya). Masalah lain waktu itu adalah Air panasnya agak lama keluar (mengingat Kota Malang pagi hari sangat dingin ini jadi masalah buat saya) dan sialnya saya dapat toilet yang flush-nya agak bocor jadi airnya ngalir terus dan berisik (sebagai anak sanitasi bergaya sok eenginer akhirnya masalah ini saya tuntaskan sendiri hahaha).
Ada satu hal yang agak mengganjal buat saya, kalau lihat daftar harga di Hotel ini. Untuk beberapa kamar menurut saya sudah cukup ekonomis dan terjangkau, ini pun berbanding lurus dengan fasilitas. Harga kamar saya saat itu adalah 320 ribu rupiah per malam, tapi karena malam pertama saya menggunakan booking.com jadi cuma 300 ribu saja, cukup murah kan? Tapi lucunya ada beberapa kamar yang menurut saya agak pricey padahal fasilitasnya sama atau bahkan fasilitasnya dibawah kamar dengan harga atau kelas yang sama. Misalnya di Kelas Deluxe; di kamar 17 fasilitasnya pake fan tapi harganya 350 ribu lebih mahal dari kamar saya. Nah gimana tuh? Saya sih belum lihat kondisinya juga lupa tanya sama kasir atau petugas disana heheee...
Harga yang berlaku saat saya nginep disana yah (Maret 2014). Aktual price-nya boleh langsung kontak aja ke hotel
Hotel Riche
Jalan Basuki Rahmat, No. 1 Malang, Jawa Timur
0341 - 325460
Melipir ke 5 Kota dan melewati banyak kota
tadi malam di Jakarta, lalu buka mata di Surabaya, sarapan di Sidoarjo, menengok Kediri dan menutup hari di Malang
Stasiun yang nggak asing bagi saya. Selamat datang di Surabaya |
Perjalanan si ular besi yang saya tunggangi berakhir juga di Stasiun Pasar Turi. Stasiun yang dulu saya kira cuma untuk kereta ekonomi, stasiun yang menurut saya nggak se-kece stasiun Gubeng dan stasiun yang ternyata tujuan akhir kereta paling Kece se-Jawa (argo Bromo Anggrek).
Hari ini boleh jadi perjalanan panjang buat saya dan rombongan, setelah perjalanan 9 jam menggunakan kereta kini kami harus melanjutkan perjalanan dengan mobil.
Beruntung saya dikelilingi orang baik, Saya selalu menganggap teman adalah sebuah anugrah. Ya, buktinya hari ini. Seorang teman baik hari akan bergabung bersama rombongan ibu-ibu rempong selama beberapa hari. Ah terima kasih Dean! yang begitu baiknya mengantar saya, ibu dan tante untuk berkeliling dari satu kota ke kota lain.
Oke, hari saya di buka oleh macetnya Ibu Kota Jawa Timur yang ternyata kalau pagi nggak beda jauh dengan Jakarta. Macet di pagi hari kerja ternyata saya temukan juga disini. Mungkin kah saya akan rindu suasana macet seperti ini? well, let we see.
Perjalanan dilanjutkan ke kawasan Sidoarjo yang hmm.... tipikal kota penyangga, kawasan industri dan jalur luar kota dengan restoran merangkap rest area dimana-mana.
Hari semakin siang kami lalu melintasi daerah Mojokerto. Ah saya selalu ingin ke kota ini, tentunya dengan cerita keagungan Majapahit dan kawasan trowulannya, sayang kami nggak sempat mampir kesana karena khawatir terlalu sore sampai di Kediri, tujuan utama kami yang pertama. Di Mojokerto kami sempat mampir sejenak ke sebuah Vihara yang terkenal dengan patung Budha Tidur-nya (Cek Cerita tentang Vihara Maha Majapahit disini).
Sedikit tentang budha tidur yang katanya ketiga terbesar di dunia |
Kendaraan pun terus melaju melewati kota Jombang, Kota-nya para santri. Kami benar-benar melintasi tengah kota Jombang yang menurut saya sangat bersih dan entah lah tampak begitu bersahaja. Kota ini mengingatkan saya pada salah satu kota yang saya lewati sewaktu berjunjung ke sulawesi selatan.
Yak, sip! akhirnya terlihat juga gapura yang menandakan saya telah masuk kawasan Kabupaten Kediri dan tinggal menuju Kawasan Pare yang dikenal sebagai kampung bahasa, tempat saya akan berdiam selama 3 bulan kedepan. Well, ternyata meskipun sang kawan ini meng-klaim dirinya berasal dari Kediri ternyata dia dari kawasan yang berbeda dan membuat kami harus bertanya beberapa kali untuk mencapai tujuan.
Disuguhi pemandangan ini selama perjalanan, selalu suka dengan sawah dan langit |
Setelah tanya sana-sini akhirnya kami disambut dengan Gapura "Selamat Datang" di kawasan kampung bahasa atau yang juga disebut kampung inggris. Ah suasana belajar sudah tercium disini, anak-anak mengayuh sepeda mini, gerombolan yang jalan kaki seenaknya dan deretan tempat kursus bahasa. Urusan saya kesini adalah hanya melihat tempat les, melihat asrama dan bertemu dengan seorang teman, setelah itu kami melanjutkan perjalanan lagi.Oh iya ibu saya sempat kurang suka dengan kondisi asrama saya yang.. ya seadanya saja deh.. heheee...
Yak sip! Sudah sore dan saatnya melanjutkan perjalanan ke tujuan kedua. Yaitu kota Malang! hahaaa.. Perjalanan dari Surabaya ke Malang biasanya ditempuh sekitar 2 jam saja melalui jalur yang semestinya, sedangkan hari ini kami menghabiskan hampir satu hari untuk kesana... haha... Petualang!
Jiwa supir saya mulai keluar, saatnya berkenalan dengan jalur Hawa Timur! yeah!!! dan saatnya mencoba berjendara dengan mobil matic! haa... jujur ini pertama kali saya menggunakan mobil matic, Norak ! Yak, Mulai! (pindah tuas ke mode D). Keluar kawasan kabupaten Kediri kami disambut oleh Kabupaten Malang sebelum sampai ke kota Malang. Jalanan mulai berliku mengingatkan saya pada Trip Garut Selatan yang jalannya juga aduhai. Beberapa kali saya disalip oleh Bus "penguasa" jalur ini. Maklum saja Newbie.
Jalur aduhai Ngantang-Pujon di Kabupaten Malang pun akhirnya saya tuntaskan. Hawa dingin dan segar mulai terasa saat memasuki Kota Batu. Ah salah satu Kota yang saya suka! Kota yang kecil dengan kesadaran Pariwisata yang tinggi. Kota ini tidak asing untuk saya karena beberapa bulan lalu saya sempat mengunjungi dan menyelesaikan sebuah pekerjaan di kota ini.
Jalanan yang mulus mengantarkan saya memasuki gerbang kota Malang. Ah akhirnya sampai! SAYA BUTUH KASUR!!! hahaha.. maklum lah sejak semalam tidak meluruskan tubuh dengan benar. Berbekal GPS dan sok tau akhirnya sampai juga kami di kawasan Alun-alun Kota Malang. Ah.. tuntas juga hari ini. Sebuah perjalanan panjang dari perjalanan yang jauh lebih panjang.
Ciao! Selamat istirahat.
Kamis, 20 Maret 2014
100 Hari Perjalanan ke Timur Jawa Dimulai...
Hahhaa judulnya agak menyeramkan yah? ya sudah lah sedikit terinspirasi dari perjalanan Tong Sam Cong mencari kitab suci ke barat :)
Perjalanan saya dimulai hari ini (tepatnya 19 Maret 2014) dari Stasiun Kereta Api Gambir, Jakarta. Jadi hendak kemanakah saya dan apa yang akan saya lakukan? Sebenarnya ini bukanlah sebuah perjalanan yang begitu seriusnya dan bisa aja kurang atau lebih dari seratus hari alias nggak seperti judul diatas. Sebuah perjalanan yang buat saya sih cuma mencari pengalaman sebagai pelajar lagi, mencari jawaban beberapa pertanyaan dan rasa penasaran saya tentang suatu daerah di Kediri yang dikenal dengan kampung Inggrisnya.
Sekarang saya berada di atas kereta api super cepat yang ada di Indonesia dan bisa dibilang kereta api (yang biasanya) paling mahal juga sebut saja Argo Bromo Anggrek hehehe... Perjalanan kali ini adalah masuk kategori perjalanan jarang-jarang. Jarang-jarang saya naik kereta kelas eksekutif, jarang-jarang saya pergi dengan gegembolan seabrek dan yang terpenting adalah jarang-jarang emak saya ikut saya pergi-pergi (mengingat waktu kuliah aja emak nggak nganter dan cuma ngunjungin saya beberapa kali ajah).
Ah mungkin si emak rada nggak percaya kali yah.. anak gadisnya yang udah nggak masa-masa belajar unyu ini mau melepas pekerjaannya dan berkelana 3 bulan di desa orang makanya beliau ikut dan memastikan kalau saya emang bener selama 3 bulan ini akan nyangsang dan mencari ilmu bernama Bahasa Inggris.
Berbeda dengan beberapa kawan yang ke Kampung Inggris dengan akses stasiun Kediri, kali ini saya akan menempuh jalur Surabaya lantaran ada seorang kawan yang dengan baik hati akan jalan-jalan dengan kami selama beberapa hari ini. Ah terima kasih Dean yang sabar dan baik hati.
Biar lah cerita sampai disini dulu, mungkin saya nggak akan bisa setiap hari update cerita ini tapi.. ah sudah lah kita lihat koneksi internet dan hasrat menulis saya mengenai petualangan ini.
..bersambung...
Jumat, 07 Februari 2014
Serangan Pagi Tinutuan dan Nike Goreng
Warnanya yang kuning segar membuat makanan ini tampak menarik terlebih lagi dengan taburan abon roa diatasnya, wah sedap!
Buat beberapa orang tinutuan atau yang dikenal dengan bubur Manado sama sekali bukan makanan yang menarik jika dilihat dari bentuknya. Sssst buat saya orang yang bilang itu berarti belum pernah nyobain ini makanan. Huh rugi banget sih ngeliat makanan dari bentuknya aja.
Oke, saya emang nggak menyangkal kalau makanan yang satu ini bikin sebagian orang nggak selera, maklum aja warnanya yang orange menyala berpadu dengan dedaunan didalamnya plus bulir-bulir jagung bikin bentuknya agak nggak karuan. Kurang cantik lah untuk dilihat. Weits tapi ini kan makanan yah jadi bukan buat dilihat aja tapi untuk dimakan dan lidah lah yang bisa menilainya.
Kamis, 06 Februari 2014
Kopi Sore bersama PIsang Goroho dan Kopi Kotamobagu
Masih dari Kota Manado dan masih bercerita tentang kuliner Manado
(*dibaca dengan gaya penyiar tahun 90an)
Jalan-jalan di kota Manado memang harus dengan perut yang selalu kosong atau yah setengah kosong lah, entah berapa banyak jajaran makanan dan minuman yang menjadi khas kota ini. Kali ini saya mencoba kudapan Pisang Goroho ditemani Kopi Kotamobagu sambil menikmati sore dan berbincang santai bersama kawan.
+ cha mau pisang goroho nggak?- pisang diapain Oom?+ hmmm apa yak, yah pisang digoreng nanti makannya pakai sambal- mauuuuuuuuuu
Awalnya saya kira pisang goroho ini adalah pisang goreng yang biasa saya jumpai di abang-abang tukang gorengan di Jakarta terus dicocol di sambel. Kalau ini sih udah nggak aneh buat saya, soalnya disebuah kedai kopi khas Manado di Jakarta saya sering memesan kudapan ini.
Tapi.. oow.. yang keluar bukan lah pisang bersalut terigu yang digoreng melainkan keripik pisang masih hangat yang baru saja digoreng disajikan dengan sambal. Haduh mau komplain tapi nggak enak euy. Dipikir-pikir yah nggak salah juga sih soalnya dia emang bilang pisang yang digoreng hee...
Manado ooh Manado, Bumi Kawanua yang Damai
Saya : Jessi.. gimana keadaan disanaJessi : Cuma kota sama beberapa kecamatan yang sama pusat kota mba yang berantakanSaya : Markas kota aman? Markas Provinsi?Jessi : Aman markas provinsi.alun-alun tikala tempat belanja souvenir,itu jadi lautan lumpur
Itu lah penggalan percakapan saya dengan seorang kawan di kota Manado. Bencana banjir dan longsor yang menimpa ibu kota Sulawesi Utara pada Januari lalu mengingatkan saya akan kunjungan pertama kali ke pulau Sulawesi dan semua baik-baik saja. Entah bagaimana keadaan kota itu sekarang, mungkin saya belum lagi bisa menyusuri jalan Sam Ratulangi dengan santai atau Jalan Piere Tendean yang ramai itu. Sekarang saya hanya bisa menerima update berita dari kawan-kawan PMI yang ada disana yang dengan sigapnya memberikan pelayanan saat Manado terkena banjir bandang.
Karena terlalu banyak berita buruk tentang kota itu setelah dilanda banjir bandang kemarin, saya justru jadi teringat betapa kota itu cukup menyenangkan. Kota besar yang sederhana dan nyaman untuk menghabiskan sore bersama kawan atau sekedar menghabiskan hari dengan berjalan kaki sambil lirik-lirik warung makan yang bertebaran. Jadi boleh yah saya cerita tentang kunjungan saya Juli 2013 lalu :)
Rabu, 05 Februari 2014
Ragey : Sate Ekstra daging dari Bumi Kawanua
Tampaknya Sate memang udah jadi makanan internasional, daging yang ditusuk-tusuk ini ada disetiap belahan dunia, coba intip Shish Kabob atau rentetan barbeque dari negara barat sana. Oh iya Sesatean ini ternyata nggak cuma daging aja sih, dari sayuran sampai buah atau bahkan kue kalau udah ditusuk dan dirangkai pasti kita bilangnya "disate".
Indonesia bisa disebut surganya sate khususnya masalah sate daging bahkan udah jadi salah satu trademark-nya kuliner Indonesia. Saking famous-nya disetiap daerah di Indonesia punya varian satenya sendiri seperti sate ayam dan kambing ala Madura atau Solo (paling sering ditemuin nih!), sate Padang, sate lilit dari Bali, Sate maranggi nya Jawa Barat, sate matang dari Aceh, sate buntel Solo. Nah emang sih sate banyaknya di bagian barat Indonesia tapi siapa bilang yang agak timur nggak punya makanan ini? Coba intip sate Makasar dan sate dari Manado yang dibilang Ragey.
Selasa, 04 Februari 2014
Liburan "Lumayan" Hemat ala Ucha (cerita Belitung Trip 2013)
Siapa bilang liburan itu selalu mahal? Saya jadi ingat liburan saya setahun lalu saat menyambangi pulau Belitung. Dengan biaya yang cukup dan lumayan hemat saya bisa menjelajah dua kabupaten dipulau penghasil timah tersebut dalam 3 hari dan tentunya mendapat pengalaman dan teman-teman baru.
Sebelumnya kenapa saya mengatakan ini liburan lumayan hemat? karena bagi sebagian orang total biaya yang saya keluarkan masih cukup tinggi maklum masih nembus angka 1 juta Rupiah (termasuk tiket pesawat) dan saya masih dikategorikan mewah lantaran saat itu tinggal di hotel. Hmmm mungkin kirasarn hemat berdasarkan nominal memang relatif yah bagi beberapa orang tapi dengan fasilitas yang saya dapat kan saya boleh berbangga dengan liburan lumayan hemat ini kok.
Liburan lumayan hemat diawali dengan tiket promo salah satu maskapai penerbangan di Indonesia. Oke berhubung si maskapainya udah dinyatakan ditutup maka saya sebut saja Batavia Air hehehehe tentunya sebelum maskapai ini ditutup. Nah berkat bisikan-bisikan digital maka saya diarahkan pada promo sekali terbang 176 ribu aja. Lumayan kan? lumayan lah meskipun sebelumnya ternyata ada yang lebih murah hehehe... Oke dari pesawat aja saya udah mengeluarkan cost 352 ribu (176 ribu x 2 untuk pergi dan pulang).
Sebelumnya kenapa saya mengatakan ini liburan lumayan hemat? karena bagi sebagian orang total biaya yang saya keluarkan masih cukup tinggi maklum masih nembus angka 1 juta Rupiah (termasuk tiket pesawat) dan saya masih dikategorikan mewah lantaran saat itu tinggal di hotel. Hmmm mungkin kirasarn hemat berdasarkan nominal memang relatif yah bagi beberapa orang tapi dengan fasilitas yang saya dapat kan saya boleh berbangga dengan liburan lumayan hemat ini kok.
Liburan lumayan hemat diawali dengan tiket promo salah satu maskapai penerbangan di Indonesia. Oke berhubung si maskapainya udah dinyatakan ditutup maka saya sebut saja Batavia Air hehehehe tentunya sebelum maskapai ini ditutup. Nah berkat bisikan-bisikan digital maka saya diarahkan pada promo sekali terbang 176 ribu aja. Lumayan kan? lumayan lah meskipun sebelumnya ternyata ada yang lebih murah hehehe... Oke dari pesawat aja saya udah mengeluarkan cost 352 ribu (176 ribu x 2 untuk pergi dan pulang).
Selasa, 21 Januari 2014
Curug Sanghyang Taraje : Terjun Bebas Dari Surga
Kabuaten Garut bisa dibilang gudangnya curug alias air terjun. meski lebih dikenal dengan kota dodol ataupun wisata air panasnya kabupaten ini ternyata memiliki beberapa curug yang ciamik banget salah satunya adalah Curug Sanghyang Taraje.
Meski saya bilang curug ini ciamik, jangan bayangkan sebuah objek wisata yang lengkap dengan fasilitasnya. Huh.. boro-boro ada faslitas wisata nanya ke warga setempat (di Garut kota) tentang curug ini aja pada nggak tau!
Oke, dengan modal nekat dan selembar brosur wisata kabupaten Garut yang bilang ini curug keren banget maka saya dan beberapa kawan memutuskan untuk menyambangi curug tersebut dengan hanya tau nama kecamatan dan kelurahan yang tertera dibrosur, sisanya? kemana ban motor ini akan bergulir saja lah dan tentunya dengan bantuan GPS alias Guidance Penduduk Setempat alias nanya aja lah dijalan.
Langganan:
Postingan (Atom)