Kamis, 06 Februari 2014

Manado ooh Manado, Bumi Kawanua yang Damai

Saya : Jessi.. gimana keadaan disana
Jessi : Cuma kota sama beberapa kecamatan yang sama pusat kota mba yang berantakan
Saya : Markas kota aman? Markas Provinsi?
Jessi : Aman markas provinsi.alun-alun tikala tempat belanja souvenir,itu jadi lautan lumpur
Itu lah penggalan percakapan saya dengan seorang kawan di kota Manado. Bencana banjir dan longsor yang menimpa ibu kota Sulawesi Utara pada Januari lalu mengingatkan saya akan kunjungan pertama kali ke pulau Sulawesi dan semua baik-baik saja. Entah bagaimana keadaan kota itu sekarang, mungkin saya belum lagi bisa menyusuri jalan Sam Ratulangi dengan santai atau Jalan Piere Tendean yang ramai itu. Sekarang saya hanya bisa menerima update berita dari kawan-kawan PMI yang ada disana yang dengan sigapnya memberikan pelayanan saat Manado terkena banjir bandang.

Karena terlalu banyak berita buruk tentang kota itu setelah dilanda banjir bandang kemarin, saya justru jadi teringat betapa kota itu cukup menyenangkan. Kota besar yang sederhana dan nyaman untuk menghabiskan sore bersama kawan atau sekedar menghabiskan hari dengan berjalan kaki sambil lirik-lirik warung makan yang bertebaran. Jadi boleh yah saya cerita tentang kunjungan saya Juli 2013 lalu :)

--- --- ---

-- Hari Pertama --

Ini adalah kali pertama saya menginjakan kaki ke pulau Sulawesi dan beruntungnya, Bumi Kawanua lah yang menjadi tujuan pertama saya. Meski bukan untuk tujuan plesir namun setidaknya saya telah berhasil berkenalan dengan Kota Manado dan pastinya saya pun bisa bertemu teman-teman saya disini. Oh iya, saya bukan traveller mandiri seperti para petualang lainnya bagi saya memiliki teman di kota yang saya tuju adalah harta karun tersendiri dan kalau tidak ada maka mari membuat pertemanan hehee (tipe yang suka nyusahin teman).

Tak banyak cerita saya tentang kota ini, maklum selama 2 hari pertama saya hanya terkurung di ruang seminar, kalaupun pergi yah hanya disekitar pusat kota Manado saja. Jadi jangan harapkan saya akan bercerita tentang indahnya Bunaken, Manado Tua atau Siladen hehehe.. 

Nggak afdhol kalau nggak berkuliner ria saat menyambangi kota orang dan inilah tujuan utama saya. Kalau wisata kota apalagi coba yang bisa kita lakukan selain wisata tempat bersejarah dan wisata kuliner hehehe.. Tujuan pertama kali ini adalah makan besar soalnya sekalian makan siang dan kami merapat kesebuah rumah makan yang menyajikan masakan-masakan khas Manado dan Minahasa punya Tanta Ola (Tanta itu tante lah yah *sok tau).


Takut-takut penasaran waktu mau nyobain paniki, itu lho masakan olahan dari kelelawar. Eh baru juga mau pesan ternyata paniki-nya belum diantar ke warung jadi gagal deh. Pilihan saya dan teman-teman akhirnya jatuh pada Ragey (ulasan tentang ragey bisa langsung diintip lho). Semacam sate yang dagingnya ekstra besar dan berbumbu berbahan dasar danging Babi. Oh iya, jika mau berwisata kuliner di kota Manado jangan sungkan untuk bertanya bahan dasar dari masakan itu yah :)

Setelah kenyang makan maka saatnya kami menikmati kota Manado, niat nya sih mau ke danau tomohon, mau ke bukit kasih juga pokonya rencanyanya mah banyak. Tapi eh tapi waktunya nggak cukup euy dan Perumahan Citraland jadi pilihan kami. Lha kenapa ke perumahan karena disana ada "Patung Yesus Memberkati". Kawasan ini juga menjadi kawasan wisata relogi untuk teman-teman yang nasrani kalau saya sih sekedar mengagumi besarnya patung setinggi 50 Meter itu. Patung Yesus Memberkati ini digadang menjadi patung Yesus tertinggi kedua di dunia setelah patung yang ada di Rio de Janeiro, Brazil. Dan yang biki  lebih keren adalah patung ini dibuat menghadap kelaut dan dikonstruksi sedemikian ruma sehingga terkesan terbang. Keren!



Oh iya yang saya salut dari kota Manado, masyarakat minahasa dan sulawesi utara adalah kerukunan beragama yang selalu terjaga, jadi walaupun mayoritas beragama nasrani tapi tidak pernah ada gesekan dengan penganut agama lain :) Nggak aneh juga terdapat bukit kasih dengan tugu toleransinya yang merupakan simbol kerukunan umat beragama. Sayangnya saya nggak sempat ketempat ini lantaran membutuhkan waktu perjalanan yang lumayan lama karena letaknya sekitar 55 km dari tengah kota.



Setelah jalan-jalan mari kita makan (lagi) kali ini kami menikmati pisang Goroho dan secangkir Kopi Kotamobagu cemilan yang pas untuk menikmati sore bersama kawan. Keripik pisang yang tipis dicocol sambal ditemani kopi hitam yang pekat dan obrolan ringan berhasil menutup jalan-jalan saya dihari pertama sebelum kembali ke hotel.



Karena tim saya akan pulang keesokan hari maka kami menyempatkan diri untuk mampir ke toko oleh-oleh. Kami diantar ke sebuah pusat oleh-oleh serba ada yang buka hingga larut malam, namanya Mercy Building. Mulai dari makanan basah hingga kain tenun ada disini dan yang terpenting adalah tersedianya meja tester yang berisi segala macam camilan yang dijual diini, jadi bisa icip-icip deh. Hmm.. soal harga disini terbilang cukup mahal mungkin karena beberapa item adalah produksi sendiri dan mungkin emang mahal ditempat kali yah hehee... tapi masih lebih murah daripada harus belanja di bandara kok :D

-- Hari kedua --

Lagi-lagi terjebak diruangan karena tugas,  tapi ya sudah lah. Sore hari ini saya menjadi single fighter karena tim saya sudah pulang ke Jakarta dan kawan saya belum bisa ditemui lantaran masih ada pekerjaan. Karena saya extend dengan biaya sendiri jadi saya harus ketar-ketir mencari penginapan yang sesuai budget traveller hehee.. Mencari hotel murah di Manado gampang-gampang susah tapi untungnya berkat bantuan booking.com saya mendapatkan hotel murah yang berbentuk Kostel (kosan hotel) atau malah ruko-tel alias hotel ruko haaa.. biar lah yang penting nyaman, bersih, ditengah kota dan baru haaa. saya mah daripada hotel yang agak besar tapi lawas mending hotel yang simple tapi baru heee.. namanya Grace Inn di jalan Sam Ratulangi

Berhasil mendapatkan tempat singgah saya menunggu Jessi, kawan saya untuk bersua dan memperkenalkan Manado di malah hari pada saya. Emang dasar tukang jalan kaki maka jalan menyusuri Sam Ratulangi ini lah yang menjadi pengisi sore ini. Aih mak sepanjang jalan ini ternyata banyak sekali makanan mulai dari makanan khas Manado dan Minahasa, makanan sulawesi selatan hingga restoran padang dan chinese food. Lengkap! Dari Jalan Sam Ratulangi saya berbelok ke Jalan Piere Tendean atau yang dikenal sebagai boulevard. Ini lah jalan-nya muda-mudi kota Manado. Disepanjang Jalan ini kita akan menemukan jejeran pertokoan, mall dan tempat kongkow (tsah elah). 

Saya penasaran dengan kawasan boulevard yang terkenal itu dan membayangkan ada pantai ditengah kota bersanding dengan pertokoan yang samat seperti yang saya temukan di Pattaya, Thailand. Tapi oow, ternyata saya salah.. justru pertokoan dan jalan tempat saya berpijak ini lah yang sebenarnya laut dan pantai yang saya cari. Jessi bilang tanah disepanjang kawasan boulevard ini merupakan hasil reklamasi laut dan yang bisa saya rasakan hanyalah angin lautnya soalnya pantainya udah ditebing jadi gagal deh malam-malam mantai hehee... Yah tak apa lah setidaknya saya nggak penasaran lagi hehee..



Memang bukan saya namanya kalau nggak doyan jajan, bahkan supermarket lokal didalam mall jadi tujuan saya berikutnya. Oow menyenangkannya supermarket dikota ini punya spot untuk oleh-oleh Manado juga dan tentunya harganya bukan harga wisatawan hehee.. 



Masih penasaran dengan oleh-oleh, Saya memaksa Jessi untuk mengantarkan saya ke Tikala (hasil browsingnih soalnya warga lokal aja ga tau pusat oleh-oleh) dan wow.. disinilah pusat oleh-oleh yang paling asik! Sepanjang jalan kita akan menemukan toko oleh-oleh yang menjual kaos, makanan dan souvenir dengan harga yang lebih terjangkau dari tempat yang saya kunjungi sebelumnya dan.. saya kalap hehehe... Jadi kalau mau beli oleh-oleh lebih baik ke kawasan Tikala yah :D

-- Hari ketiga --

Niat mau ke pasar Tomohon pupus sudah lantaran saya bangun kesiangan hehe... jadinya hari terakhir ini saya harus puas dengan berjalan-jalan ditengah kota (lagi) dan memaksa Jessi mengantar saya ke pinggiran manado kota yaitu ke kawasan Malalayang yang merupakan pantai paling dekat dengan Manado plus sekalian mau main ke markas PMI Provinsi Sulawesi Utara dan coba-coba donor darah (lupayan dapat cap dari Manado). Ah tampaknya saya kebanyakan mau yah..




Karena di Hotel hanya menyediakan roti tawar dan perintilannya maka saya memutuskan untuk sarapan diluar, dan tentu belum afdhol ke Manado kalau belum makan bubur Manado yang terkenal itu. Oh iya disini dbubur manado yang kita kenal disebut dengan nama Tinutuan. Tepat jam 9 pagi Jessi menjemput saya dan tujuan pertama kali adalah Kawasan Wisata Tinutuan Wakeke. Memang bentuknya tampak tak begitu menarik karena bubur ini terdiri dari bubur nasi, labu parang dan beraneka macam sayuran yang dicampur satu tapi sesungguhnya dengan tambahan abon roa, makanan ini langsung masuk kedalam list makanan favorit saya apalagi ditambah perkedel nike, semacam bakwan teri yang menemani.. Jos lah!


Sudah kenyang dan bernutrisi saatnya meluncur untuk donor darah. Markas dan UTD PMI Provinsi Sulawesi Utara terletak di jalan Malalayang jadi sekalian searah lah dengan tujuan kami yang lain. Sayangnya setelah sampai dan tes darah ternyata malah nggak bisa donor karena HB-nya kurang (mungkin karena semalem tidur telat). Karena nggak jadi donor, saya malah ngobrol-ngobrol dengan teman-teman yang ada disana sambil disuguhi (lagi-lagi) pisang goroho.

Tak bisa berlama-lama saya pun pamit, maklum saja waktu saya dikota ini tinggal beberapa jam sebelum pulang ke Jakarta. Tujuan terakhir adalah pantai Malalayang. Ah ternyata pantai Malalayang yang sering disebut orang bukan terletak di jalan Malalayang, butuh lebih dari 1 jam untuk mencapainya. Sepanjang jalan saya sudah disuguhi oleh pemandangan pantai yang menurut Kessi "alakadarnya" alias pantai pinggir jalan aja.. Ah penasaran pantai pinggir jalannya? seperti ini lah pantai pinggir jalan yang alakadarnya ala kota Manado...

Karena hari sudah siang dan belum sampai juga akhirnya saya menyerah saja lah.. daripada saya telat naik pesawat hehe... dan saya pun harus berpuas hati dengan pantai-pantai yang menurut saya sudah cukup indah dibandingkan pantai Ancol yang ada di Jakarta hehehe...


Ah dengan berat hati saya pun harus meninggalkan Manado, terima kasih Jessi telah menemani saya jalan-jalan dan sampai jumpa lagi bumi kawanua