Lo kok kalau cerita sepotong-sepotong sih?
Ya elah ini kan blog bukan majalah
Sepertinya kawasan wisata Sawarna cukup memikat hati Saya,
yah seperti yang sempat Saya ceritakan selain pantainya yang aduhai jaraknya
pun masih cukup masuk akal untuk ditempuh kala weekend bersama keluarga dan
sahabat. Apalagi kalau pakai Terios, wuuus… belokan? tanjakan? Nggak masalah.
Hampir semua orang yang pernah menginjakan kaki ke Sawarna (apalagi pakai paket travel) pernah menginjakan kakinya ke tempat ini, tempat yang sudah jadi ikon untuk kawasan wisata Sawarna. Tanjung Layar! Oke, sebenarnya cerita mengenai Tanjung Layar sudah sering sekali diangkat oleh teman-teman blogger dan traveller tapi memang kurang afdol kalau ngomongin Sawarna nggak ngomongin destinasi yang satu ini.
Meskipun dulu saya sering menyambangi Kecamatan Bayah, saya cuma bisa melihat Tanjung Layar dari kejauhan dan tentunya mendengar cerita teman-teman saya. Nah beberapa saat yang lalu saya, keluarga dan para sahabat akhirnya menyambangi gugusan karang yang benar-benar ciamik ini. "Oke, wajar lah disini jadi ikonnya Sawarna", ungkap saya saat berkunjung ke Tanjung Layar. Yah seperti yang penduduk lokal bilang, nggak lengkap ke Sawarna kalau nggak ke Tanjung Layar dan gara-gara itu kawasan ini jadi rame banget...
(Silahkan intip videonya)
Ssssst..
denger-denger nih yah, Tanjung Layar
punya cerita yang lekat dengan legenda Sangkurang. Lho kok? Setelah ditilik-tilik
nama layar dan bentuk batu karang besar yang menyerupai layar dikabarkan adalah
layar dari perahu yang “gagal” dibuat oleh Sangkuriang waktu ingin mempersunting
dayang sumbi yang nggak lain ibunya sendiri. Nah kan karena kesal, marah dan murka itu perahu ditendang dan terbalik
dan berubahlah jadi Gunung Tangkuban Paharu (Tangkuban Perahu) yang ada di
Bandung, sedangkan layarnya mental sampai Selatan Banten. Hmmm.. beneran apa
nggak? Atau nyambung apa nggak? Yah itu sih ya udah lah yah.
Kembali ke Tanjung Layar.. (belaga macam talkshow terkenal itu), kalau dilihat
sekilas sih kayaknya bakal timbul pertanyaan “ya elah ngapain sih pada ngeliatin
dua karang super besar ini?”. Jujur pertanyaan itu sempat terlintas sampai
ombak besar datang dan menghantam karang-karang yang menjadi tembok di sekitar
dua karang besar itu (ada rekamannya lho di video). Byuuur… ombak besar yang menabrak karang sukses bikin susunan air
yang ciamik dan aduhai macam air terjun atau air mancur, hmmm apalah itu yang
pasti emang keren banget.
Nggak setiap saat ada ombak besar yang mampu ngedorong air
untuk melewati “pagar” karang itu dan sebenarnya siang hari, tengah hari bolong
adalah waktu yang tepat untuk melihat atraksi alam tadi karena biasanya ombak disaat
tengah hari emang gede banget sih. Kejadian yang keren itu sebenernya bisa
dilihat dari pinggir pantai yang juga jadi tempat istirahat dan tempat memarkir
kendaraan roda dua. Tapi kalau mau mengabadikannya atau benar-benar menikmati
pertunjukan “ombak vs karang” itu mending relakan sendal mu basah dan mendekat
lah ke batu layar.
Sah-sah aja untuk mendekat ke pagar karang atau sekedar
melihatnya sambil nyeder ke batu layar tapi jangan sampa karena terkesimanya
sama kokohnya karang yang memecah ombak itu, kita jadi nggak hati-hati.
Pastikan pijakan kita aman dan tentunya gadget
kita aman dari air dan cipratannya. Kan nggak lucu gara-gara rusuh mau
ngelindungin gadget dari ”jahatnya”
air asin eh malah kita yang
kepeleset. Oh iya, kondisi karang disekitar batu layar banyak yang licin lho karena memang tergenang oleh air
laut. Ekstra hati-hati yah!
Bagi saya yang tidak menginap di kawasan wisata Sawarna,
tepatnya bukan di kawasan padat wisatawannya untuk mencapai Tanjung Layar harus
sedikit berubah jadi "sang petualang” lantaran harus melewati jembatan gantung
kayu, sedikit kebun dan medan pasir sebelum akhirnya bisa melihat gugusan
karang yang kokoh itu. Oh iya, tempat
ini hanya bisa dicapai dengan kendaraan roda dua atau dengan berjalan kaki
lantaran akses menuju kawasan ini adalah jembatan gantung yang hanya selebar
(sekitar) 1 meter. Haduh, jadi setangguh-tangguhnya Terios mu biarkan dia
istirahat dulu untuk perjalanan pulang nanti. Alternatif yang bisa digunaan
untuk mencapai Tanjung Layar selain berjalan kaki adalah dengan Ojek.
Selain si mang ojek yang udah hafal medan, kita juga nggak usah pusing mikirin
antrian jembatan lantaran emang jembatannya cuma bisa satu arah.
Antrian yang cukup panjang lantaran akses jembatan yang kurang mumpuni ini sebenarnya jadi salah satu kendala untuk berkembangnya kawasan wisata ini. Kata mamang ojek yang saya tunpangi sih, nantinya akan dibangun jembatan yang jauh lebih besar sebagai jalan akses ke kawasan wisata Sawarna again tanjung layar dan sekitarnya. Saya sempat berpikir, tampaknya sayang sekali jika potensi alam dan potensi wisata yang sungguh ciamik ini nggak bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat. Bukan karena pengen ngetes Terios di kawasan ini bareng gank 7 wonders nanti (ngarep) tapi memang seandainya bisa ada akses roda 4 pasti distribusi kebutuhan sehari-hari pun jadi lebih gampang. Tentunya, walau nantinya akan sematin etrkenal dan semakin maju, semua masyarakat dan wisatawan tetap harus menjaga kawasan Wisata Sawarna yah. Kan nggak lucu kalau nantinya tempat sekeren ini jadi nggak keren lagi gara-gara kita yang nggak menjaga kebersihan dan alam.
Tetap sehat untuk menikmati Indonesia :)