Sabtu, 22 Maret 2014

Surabaya Rasa Thailand di KenPark

Pagi tadi saya sudah kembali ke Surabaya, tapi kali ini tidak bersama Ibu dan tante tapi hanya berdua dean. Ibu dan kawannya itu melanjutkan perjalanan ke Solo dan dilanjutkan ke Jogja. Haduh baru 3 bulan lagi saya bisa bermanja-manja ke Ibu dan berat rasanya melepas ibu trip tanpa saya (bilang aja pengen trip dibayarin ibu).

Setelah mengantar ibu ke stasiun akhirnya kami meluncur kembali ke kota pahlawan. Cepat saja karena memang melewati jalan yang seharusnua bukan jalan muter ke Kediri seperti sebelumnya. Mobil langsung meluncur ke rumah Dean di kawasan Rungkut. Jujur, meski berulangkali saya menapakan kaki di Surabaya saya selalu buta arah.

Hari masih siang, Dean punya aktivitas lain dan saya pun mengisi hari dengan teman lain. Yeah Eksplor Surabaya! Seperti biasa Paman Harman (kawan yang selalu menjamin kehidupan saya di Surabaya sejak lama) dengan manis menjemput saya dan rencananya kami akan jalan-jalan ke beberapa tempat sekaligus tapi saya ceritanya satu-satu yah.

Patung Budha 4 Wajah dan Gerbang Dewa-dewi di Kenjeran Park


Destinasi pertama adalah kawasan KenPark atau Pantai Ria Kenjeran, kawasan ini mengingatkan saya pada Taman Ria Remaja yang ada di Senayan, Jakarta. Keliatan banget kalau kawasan rekreasi ini pernah berjaya di tahun 80-90an. Masih banyak wahana yang berdiri gagah, sayangnya keliatan banget kalau kawasan ini minim perawatan.

Well, posisi Budha 4 wajah ada di KenPark bagian belakang atau lebih dekat ke Pantai. Benar saja saya sempat takjub dengan bangunan setinggi 36 meter didepan saya malahan hampir lupa kalau saya ada di Surabaya. Saya sempat menggabungkan foto Budha 4 Muka ini dan Budha Tidur di Mojokerto dan ada saja kawan yang percaya kalau saya sedang di Negeri Gajah Putih hahaha...

Masuk gerbang kawasan Budha 4 Muka kita akan disambut dengan bangunan bergaya tiongkok. Bangunan ini menyediakan berbagai macam keperluan ibadah seperti hio dan lainnya. Jika berkenan jangan lupa juga isi kotak dharma denga beberapa rupiah dari dalam saku. Dibandingkan dengan daerah disekitarnya, kawasan ini bisa dibilang lumayan adem lantaran pohon-pohon besar dan tamaung Budha n dipinggirnya lengkap dengan kolam memanjang ditengah yang segaris lurus dengan Patung Budha 4 Wajah.


Patung Budha ini memiliki 4 wajah yang menghadap 4 penjuru mata angin. Katanya sih melambangkan 4 sifat baik Budha, selain punya 4 wajah. patung ini juga memiliki 8 tangan yang memegang berbagai benda dengan berbagai simbol. Denger-denger sih patung Budha berlapis emas ini menelan biaya milyaran rupiah untuk pembangunannya.



Berbeda sama patung Budha yang banyak saya temukan di arca-arca, kali ini memang sangat terasa gaya Thailand-nya. Duh saya nggak tau harus menyebutnya apa tapi yah berbeda aja sapa patung Budha yang umumnya saya temui. Benar saja, katanya sih ada patung yang serupa yang bisa kita temui di Bangkok. Oh iya patung ini juga dikelilingi 4 patung gajah putih. Selain itu ada juga patung Ganesha sang Dewa Pengetahuan di kawasan itu.

Oh iya,karena ini adalah tempat ibadah yang masih digunakan, jadi kalau bisa berpakaian sopan lah jika bertandang ke tempat ini. Sore ini saya melihat adanya beberapa umat Budha yang sembahyang mengelilingi patung ini dan membuat saya segan untuk meneruskan kegiatan saya berfoto-foto. Ah sebagai wisatawan ada baiknya sejenak rehat untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang beribadah.


Jumat, 21 Maret 2014

Hotel Riche : Penginapan nyaman, Perjalanan senang


Titik Km. 0 Kota Malang 

Masih di Kota Malang. Ibu memutuskan untuk jalan-jalan berdua tante mengitari alun-alun. Saya dan dean? hmm.. tidur saja lah. 

Oh iya, bagi saya dan ibu, alun-alun Kota Malang memiliki cerita tersendiri bagi kami dan mungkin jadi salah satu kenangan kami tentang kota ini (cerita saya tentang malang).

Bingung menceritakan apa di hari ini karena agenda kami "hanya" mengantar ibu berkunjung ke rumah saudara-saudara yang ada disana, dan makan bakso bakar yang meurut saya paling enak.. di Bakso Bakar Trowulan (ini sudah saya review pun). 


Hmmm.. hari ini saya memutuskan untuk review penginapan saja lah ya, mengingat saya sering kali menentukan penginapan dari review para blogger. Siapa tau ada yang membutuhkan.

Pilihan kami Jatuh pada "Hotel Riche". Setelah mempertimbangkan lokasi (maksudnya biar si Ibu bisa jalan-jalan walau saya sedang istirahat), harga kamar, kenyamanan akhirnya kami memilih hotel yang terletak persis di depan Alun-alun kota Malang ini.
Kenampakan dari depan agak samping, biar depannya tua tapi dalemnya cihuy
Sebelum memutuskan menginap disini banyak informasi hotel ini saya dapatkan dari Booking.com, tiket.com dan banyak web lainnya. hmm...  tampaknya hotel ini memang cukup terkenal. Awalnya saya sempat nggak yakin dengan foto-foto yang muncul di internet, maklum saja angle foto bisa menipu hahaa.. Takut ternyata hotelnya nggak nyaman lah, takut ternyata hotel yang gimana lah (you know what i mean lah yah), horor lah atau bingung itu foto-foto masih terpercaya apa nggak. Sorry, tapi dari beberapa foto hotel ini terlihat hotel yang tua dan kesannya sepi banget, padahal kan ditengah kota.
Lobby Hotel yang sederhana. Bersiaplah dilayani oleh para petugas yang ramah (sayang nggak sempet foto)
Yak, ternyata segala keraguan saya langsung hilang setelah datang langsung ke hotel ini. Hotel ini tampaknya memang hotel tua tapi  fasilitasnya baru lho, bahkan kamar yang saya pilih nggak kalah sama budget hotel dari jaringan-jaringan terkenal. Kamarnya sih memang nggak terlalu luas tapi fasilitasnya cukup lengkap dan nyaman lho ; Kasur Spring Bed, kamar mandi yang bersih plus air panas, TV flat, AC, dan tentunya dekorasi kamar yang oke. Selain fasilitas fisik, pertimbangan lain adalah mbak dan mas yang baik hati dan tidak sombong yang siap sedia membantu, adanya layanan sarapan pagi, kondisi hotel yang terang dan bersih juga adanya area parkir. Sedangkan Wifi sayangnya cuma kenceng di Lobby.

Oh iya Kamar yang sangat modern yang saya deskripsikan memang khusus untuk kelas Deluxe yang terletak dibagian depan. Untuk wisatawan berbudget minim, ternyata ada juga pilihan kamar yang ekonomis di hotel bagian dalam. Saya sih nggak sempat ngecek kondisinya tapi kalau dilihat dari tempatnya sih tampaknya bagian "asli" dari hotel ini. Beberapa kamar ekonomis tidak menyediakan fasilitas AC dan air panas, tapi bagi saya sih masih cukup oke dan bisa jadi pilihan kalau harus menginap lagi ke kota ini. Untuk yang bawa keluarga juga bisa memilih tempat ini karena terdapat juga pilihan kamar 3 dan 4 tempat tidur.

 Tampilan kamar hotel kelas Deluxe yang minimalis membawa kesan modern

Well, setelah plus-nya kini saya kasih minusnya ya.. biar bisa jadi pertimbangan. Waktu saya kesana ada beberapa kamar yang belum selesai pembaharuannya jadi wall papernya masih ada yang belum terpasang (termasuk kamar saya). Masalah lain waktu itu adalah Air panasnya agak lama keluar (mengingat Kota Malang pagi hari sangat dingin ini jadi masalah buat saya) dan sialnya saya dapat toilet yang flush-nya agak bocor jadi airnya ngalir terus dan berisik (sebagai anak sanitasi bergaya sok eenginer akhirnya masalah ini saya tuntaskan sendiri hahaha). 

Ada satu hal yang agak mengganjal buat saya, kalau lihat daftar harga di Hotel ini. Untuk beberapa kamar menurut saya sudah cukup ekonomis dan terjangkau, ini pun berbanding lurus dengan fasilitas. Harga kamar saya saat itu adalah 320 ribu rupiah per malam, tapi karena malam pertama saya menggunakan booking.com jadi cuma 300 ribu saja, cukup murah kan? Tapi lucunya ada beberapa kamar yang menurut saya agak pricey padahal fasilitasnya sama atau bahkan fasilitasnya dibawah kamar dengan harga atau kelas yang sama. Misalnya di Kelas Deluxe; di kamar 17 fasilitasnya pake fan tapi harganya 350 ribu lebih mahal dari kamar saya. Nah gimana tuh? Saya sih belum lihat kondisinya juga lupa tanya sama kasir atau petugas disana heheee...


Harga yang berlaku saat saya nginep disana yah (Maret 2014). Aktual price-nya boleh langsung kontak aja ke hotel

Hotel Riche
Jalan Basuki Rahmat, No. 1 Malang, Jawa Timur
0341 - 325460


Melipir ke 5 Kota dan melewati banyak kota

tadi malam di Jakarta, lalu buka mata di Surabaya, sarapan di Sidoarjo, menengok Kediri dan menutup hari di Malang 

Stasiun yang nggak asing bagi saya. Selamat datang di Surabaya
Perjalanan si ular besi yang saya tunggangi berakhir juga di Stasiun Pasar Turi. Stasiun yang dulu saya kira cuma untuk kereta ekonomi, stasiun yang menurut saya nggak se-kece stasiun Gubeng dan stasiun yang ternyata tujuan akhir kereta paling Kece se-Jawa (argo Bromo Anggrek).

Hari ini boleh jadi perjalanan panjang buat saya dan rombongan, setelah perjalanan 9 jam menggunakan kereta kini kami harus melanjutkan perjalanan dengan mobil. 

Beruntung saya dikelilingi orang baik, Saya selalu menganggap teman adalah sebuah anugrah. Ya, buktinya hari ini. Seorang teman baik hari akan bergabung bersama rombongan ibu-ibu rempong selama beberapa hari. Ah terima kasih Dean! yang begitu baiknya mengantar saya, ibu dan tante untuk berkeliling dari satu kota ke kota lain.

Oke, hari saya di buka oleh macetnya Ibu Kota Jawa Timur yang ternyata kalau pagi nggak beda jauh dengan Jakarta. Macet di pagi hari kerja ternyata saya temukan juga disini. Mungkin kah saya akan rindu suasana macet seperti ini? well, let we see.

Perjalanan dilanjutkan ke kawasan Sidoarjo yang hmm.... tipikal kota penyangga, kawasan industri dan jalur luar kota dengan restoran merangkap rest area dimana-mana. 

Hari semakin siang kami lalu melintasi daerah Mojokerto. Ah saya selalu ingin ke kota ini, tentunya dengan cerita keagungan Majapahit dan kawasan trowulannya, sayang kami nggak sempat mampir kesana karena khawatir terlalu sore sampai di Kediri, tujuan utama kami yang pertama. Di Mojokerto kami sempat mampir sejenak ke sebuah Vihara yang terkenal dengan patung Budha Tidur-nya (Cek Cerita tentang Vihara Maha Majapahit disini).
Sedikit tentang budha tidur yang katanya ketiga terbesar di dunia
Kendaraan pun terus melaju melewati kota Jombang, Kota-nya para santri. Kami benar-benar melintasi tengah kota Jombang yang menurut saya sangat bersih dan entah lah tampak begitu bersahaja. Kota ini mengingatkan saya pada salah satu kota yang saya lewati sewaktu berjunjung ke sulawesi selatan.

Yak, sip! akhirnya terlihat juga gapura yang menandakan saya telah masuk kawasan Kabupaten Kediri dan tinggal menuju Kawasan Pare yang dikenal sebagai kampung bahasa, tempat saya akan berdiam selama 3 bulan kedepan. Well, ternyata meskipun sang kawan ini meng-klaim dirinya berasal dari Kediri ternyata dia dari kawasan yang berbeda dan membuat kami harus bertanya beberapa kali untuk mencapai tujuan.

Disuguhi pemandangan ini selama perjalanan, selalu suka dengan sawah dan langit

Setelah tanya sana-sini akhirnya kami disambut dengan Gapura "Selamat Datang" di kawasan kampung bahasa atau yang juga disebut kampung inggris. Ah suasana belajar sudah tercium disini, anak-anak mengayuh sepeda mini, gerombolan yang jalan kaki seenaknya dan deretan tempat kursus bahasa. Urusan saya kesini adalah hanya melihat tempat les, melihat asrama dan bertemu dengan seorang teman, setelah itu kami melanjutkan perjalanan lagi.Oh iya ibu saya sempat kurang suka dengan kondisi asrama saya yang.. ya seadanya saja deh.. heheee... 

Yak sip! Sudah sore dan saatnya melanjutkan perjalanan ke tujuan kedua. Yaitu kota Malang! hahaaa.. Perjalanan dari Surabaya ke Malang biasanya ditempuh sekitar 2 jam saja melalui jalur yang semestinya, sedangkan hari ini kami menghabiskan hampir satu hari untuk kesana... haha... Petualang!

Jiwa supir saya mulai keluar, saatnya berkenalan dengan jalur Hawa Timur! yeah!!! dan saatnya mencoba berjendara dengan mobil matic! haa... jujur ini pertama kali saya menggunakan mobil matic, Norak ! Yak, Mulai! (pindah tuas ke mode D). Keluar kawasan kabupaten Kediri kami disambut oleh Kabupaten Malang sebelum sampai ke kota Malang. Jalanan mulai berliku mengingatkan saya pada Trip Garut Selatan yang jalannya juga aduhai. Beberapa kali saya disalip oleh Bus "penguasa" jalur ini. Maklum saja Newbie.

Jalur aduhai Ngantang-Pujon di Kabupaten Malang pun akhirnya saya tuntaskan. Hawa dingin dan segar mulai terasa saat memasuki Kota Batu. Ah salah satu Kota yang saya suka! Kota yang kecil dengan kesadaran Pariwisata yang tinggi. Kota ini tidak asing untuk saya karena beberapa bulan lalu saya sempat mengunjungi dan menyelesaikan sebuah pekerjaan di kota ini.

Jalanan yang mulus mengantarkan saya memasuki gerbang kota Malang. Ah akhirnya sampai! SAYA BUTUH KASUR!!! hahaha.. maklum lah sejak semalam tidak meluruskan tubuh dengan benar. Berbekal GPS dan sok tau akhirnya sampai juga kami di kawasan Alun-alun Kota Malang. Ah.. tuntas juga hari ini. Sebuah perjalanan panjang dari perjalanan yang jauh lebih panjang.

Ciao! Selamat istirahat.

Kamis, 20 Maret 2014

100 Hari Perjalanan ke Timur Jawa Dimulai...

Hahhaa judulnya agak menyeramkan yah? ya sudah lah sedikit terinspirasi dari perjalanan Tong Sam Cong mencari kitab suci ke barat :)


 Perjalanan saya dimulai hari ini (tepatnya 19 Maret 2014) dari Stasiun Kereta Api Gambir, Jakarta. Jadi hendak kemanakah saya dan apa yang akan saya lakukan? Sebenarnya ini bukanlah sebuah perjalanan yang begitu seriusnya dan bisa aja kurang atau lebih dari seratus hari alias nggak seperti judul diatas. Sebuah perjalanan yang buat saya sih cuma mencari pengalaman sebagai pelajar lagi, mencari jawaban beberapa pertanyaan dan rasa penasaran saya tentang suatu daerah di Kediri yang dikenal dengan kampung Inggrisnya.


Sekarang saya berada di atas kereta api super cepat yang ada di Indonesia dan bisa dibilang kereta api (yang biasanya) paling mahal juga sebut saja Argo Bromo Anggrek hehehe... Perjalanan kali ini adalah masuk kategori perjalanan jarang-jarang. Jarang-jarang saya naik kereta kelas eksekutif, jarang-jarang saya pergi dengan gegembolan seabrek dan yang terpenting adalah jarang-jarang emak saya ikut saya pergi-pergi (mengingat waktu kuliah aja emak nggak nganter dan cuma ngunjungin saya beberapa kali ajah).



Ah mungkin si emak rada nggak percaya kali yah.. anak gadisnya yang udah nggak masa-masa belajar unyu ini mau melepas pekerjaannya dan berkelana 3 bulan di desa orang makanya beliau ikut dan memastikan kalau saya emang bener selama 3 bulan ini akan nyangsang dan mencari ilmu bernama Bahasa Inggris.


Berbeda dengan beberapa kawan yang ke Kampung Inggris dengan akses stasiun Kediri, kali ini saya akan menempuh jalur Surabaya lantaran ada seorang kawan yang dengan baik hati akan jalan-jalan dengan kami selama beberapa hari ini. Ah terima kasih Dean yang sabar dan baik hati.

Biar lah cerita sampai disini dulu, mungkin saya nggak akan bisa setiap hari update cerita ini tapi.. ah sudah lah kita lihat koneksi internet dan hasrat menulis saya mengenai petualangan ini.

..bersambung...